Telepon
Genggam, Internet, dan Menurunnya Kualitas Komunikasi
Wahyu
Budi Nugroho
"1 jam, 3.001 kata = Komunikasi Sampah"
(George Mierson)
Pesatnya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi dalam satu dekade terakhir ini tak pelak membuat kita
semakin mudah terhubung dengan sesama. Apabila dahulu di awal tahun 2000-an telepon
genggam masih menjadi barang langka dan tak sembarang orang memilikinya, kini dapat
dipastikan hampir semua orang telah memilikinya. Begitu pula, apabila dahulu di
awal tahun 2000-an internet masih sepi pengguna dan hanya mereka yang memiliki akses
tertentu saja yang dapat menggunakannya, kini hampir setiap orang di dunia telah
menggunakannya dalam aktivitas keseharian.
Harus diakui memang, serangkaian
perkembangan di atas berdampak positif terhadap efisiensi dalam berkomunikasi,
namun yang menjadi pertanyaannya, dengan berbagai kemudahan tersebut, apakah
kualitas komunikasi turut mengalami peningkatan? Istilah “komunikasi yang
berkualitas” sebagaimana dimaksudkan di sini tak berkaitan dengan bagus-tidaknya
sinyal yang diterima suatu perangkat komunikasi, atau jelas-tidaknya kualitas
suara yang diterima individu kala tengah berkomunikasi dengan individu lain
melalui perantara media komunikasi, melainkan lebih pada substansi atau “muatan”
yang terdapat dalam komunikasi tersebut.
Faktual, berbagai kemudahan dalam
berkomunikasi dewasa ini, di mana setiap individu dapat terhubung dengan
individu lain kapanpun dan dimanapun mereka berada, justru melahirkan fenomena “degradasi
komunikasi” sebagaimana diutarakan pakar komunikasi kenamaan asal Inggris,
George Mierson. Istilah degradasi komunikasi menunjuk pada komunikasi yang
kehilangan makna, atau yang secara eksplisit disebut dengan “komunikasi yang
tak berkualitas”. Lebih jauh, Mierson mengatakan bahwa apabila dalam satu jam
lebih dari tiga ribu kata keluar dari mulut kita, maka dapat dipastikan bahwa
corak komunikasi tersebut adalah “komunikasi sampah”. Bagi Mierson, dalam
komunikasi yang demikian pastilah banyak hal-hal yang sesungguhnya tak penting
untuk dibicarakan namun terlontar begitu saja dikarenakan kemudahan dalam
berkomunikasi.
Apabila kita menilik kenyataan di
lapangan dewasa ini, semakin meningkatnya pengguna telepon genggam di tanah air
dibarengi dengan kian ketatnya persaingan antara para provider pulsa untuk menyediakan tarif layanan pesan singkat atau menelpon
yang murah, sudah tentu hal tersebut mendorong pada munculnya bentuk-bentuk
komunikasi yang kehilangan makna atau tak berkualitas. Umumnya, fenomena
terkait menjangkiti para remaja atau mereka yang memiliki banyak waktu luang dalam
keseharian. Akibat berbagai kemudahan—termasuk kemurahan—dalam berkomunikasi,
kini aktivitas komunikasi pun seolah mengalami pergeseran, sedari kebutuhan
menjadi salah satu alternatif hiburan.
Persoalan serupa tak kalah mendera
dunia maya (internet). Dengan hadirnya situs-situs jejaring sosial layaknya facebook, twitter dan lain sejenisnya, kerap kali berbagai status atau tweet yang muncul pada akun merupakan hal-hal yang sesungguhnya
sepele atau tak penting-penting amat untuk disampaikan. Tak pelak, kesemua hal
tersebut menemui bentuknya sebagai “sampah visual” semata, sesuatu yang
sesungguhnya tak layak atau tak penting untuk dilihat atau dibaca. Dan lagi-lagi,
kesemua hal tersebut tak lain disebabkan oleh kemudahan dalam berkomunikasi.
Menilik serangkaian persoalan di
atas, seyogyanya kita ajeg menjaga
berikut mempertahankan pola-pola komunikasi yang berkualitas, yakni komunikasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan tak mengumbar hal-hal yang sesungguhnya tak
diperlukan atau tak terlampau penting. Di samping bakal menciptakan komunikasi
yang efisien, sudah tentu hal tersebut turut mendukung efisiensi dalam segi
finansial.
Dimuat pula di:
http://log.viva.co.id/news/read/373153-teknologi-menurunkan-kualitas-komunikasi-
4 komentar:
Sungguh artikel yang sangat bermanfaat, Sob. Saya sangat setuju dengan beberapa baris kalimat yang terdapat pada paragraf terakhir, yang menyebutkan agar kita senantiasa mempertahankan pola-pola komunikasi yang berkualitas, yakni komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan dan tak mengumbar hal-hal yang sesungguhnya tak diperlukan atau tak terlampau penting. Tidak lupa saya sampaikan salam kenal, salam berbagi, dan bila berkenan silakan Sobat berkunjung ke blog saya.
sama2 bung, sip, segera meluncur :)
saya suka,.
thanks bung roziqi
Salam Hangat,
Wahyu BN :)
Posting Komentar