PENGANTAR SOSIOLOGI III
Disusun Oleh:
Wahyu Budi Nugroho
Bab III
Perubahan Sosial
Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah perubahan dalam segi struktur sosial masyarakat yang mana menyangkut hubungan-hubungan sosial yang terjadi di dalamnya. Struktur sosial sendiri merupakan “tatanan” atau “jalinan” pokok yang membentuk suatu masyarakat. Perubahan sosial berbeda dengan perubahan kebudayaan mengingat dalam perubahan kebudayaan, nilai, norma dan terknologilah yang mengalami transformasi, bukannya struktur sosial.
Perubahan sosial dapat dicontohkan dengan tumbangnya suatu rezim dan segera digantikannya dengan rezim baru yang mana merombak seluruh struktur kemasyarakatan. Sebagai misal,
- Dahulu orang-orang Belanda menduduki tempat tertinggi dalam struktur sosial masyarakat Indonesia, namun setelah kemerdekaan berhasil diraih, hal tersebut tak berlaku lagi setelahnya.
- Di era abad pertengahan, institusi gereja memiliki otoritas tertinggi di Eropa, namun setelah peristiwa renaissance ‘pencerahan’ abad 15-18 terjadi, institusi tersebut memiliki kekuasaan yang sangat terbatas.
- Sebelumnya, kaum borjuis menempati posisi tertinggi dalam struktur sosial kemasyarakatan Rusia, namun segera tergantikan oleh kaum proletar setelah terjadinya Revolusi Komunis tahun 1917.
Selain berbagai misal di atas, perubahan sosial dapat pula berbentuk perubahan demografi yakni menyangkut pertumbuhan maupun penyusutan angka kelahiran serta kematian penduduk.
Sebab-sebab Terjadinya Perubahan Sosial
Terjadinya perubahan sosial disebabkan oleh berbagai faktor, apabila hendak disederhanakan, maka setidaknya terdapat dua faktor yang mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yakni faktor yang “disengaja” (direncanakan) maupun “tak disengaja” (tak direncanakan). Berbagai faktor yang disengaja seperti masuknya ide-ide baru serta kesadaran akan perlunya perubahan pada kondisi yang lebih baik. Di satu sisi, perubahan sosial yang disebabkan oleh faktor yang tak disengaja seperti terjadinya bencana alam, pandemi yang meluas dan lain sebagainya. Berikut diuraikan lebih lanjut.
Faktor yang Disengaja (Direncanakan)
Masuknya ide-ide baru dalam suatu masyarakat hingga mendorong terjadinya perubahan struktur sosial kemasyarakatan merupakan perubahan sosial yang disengaja atau direncanakan. Hal tersebut dapat dimisalkan dengan bagaimana ide-ide mengenai kesetaraan derajat antarmanusia yang dibawa Islam melalui Muhammad mampu merombak struktur sosial masyarakat Mekkah yang jahilliyah. Begitu pula yang terjadi dalam gerakan antirasialisme kulit hitam Amerika Serikat pada dekade 1960-an yang digawangi oleh Martin Luther King.
Di satu sisi, kesadaran akan perlunya perubahan pada kondisi yang lebih baik juga terklasifikasi ke dalam faktor yang direncanakan dalam perubahan sosial. Hal tersebut dapat dimisalkan dengan terjadinya Revolusi Perancis tahun 1789 yang timbul akibat penindasan berlarut-larut kaum bangsawan terhadap rakyat jelata. Begitu pula dengan Revolusi Komunis Soviet tahun 1917, atau terjadinya gerakan Reformasi tahun 1998 di Indonesia akibat kesulitan ekonomi berkepanjangan yang melanda rakyat secara luas.
Namun demikian, satu hal yang perlu dicatat adalah, baik perubahan sosial akibat munculnya ide-ide baru atau kesadaran akan perlunya perubahan pada kondisi yang lebih baik pada umumnya tak terjadi secara bersamaan. Umumnya, salah satu mendahului yang lain, atau terjadi secara langsung dan searah begitu saja seperti munculnya ide-ide baru yang seketika menginspirasi terjadinya perubahan sosial. Berikut dua bentuk skema perubahan sosial yang direncanakan,
- Situasi ketertindasan → Ide-ide baru → Perubahan sosial
- Ide-ide baru → Perubahan sosial
Faktor yang Tak Disengaja (Tak Direncanakan)
Faktor perubahan sosial akibat perihal yang tak disengaja atau tak direncanakan dapat dimisalkan dengan terjadinya bencana alam atau pandemi virus yang meluas sehingga mempengaruhi angka kelahiran dan kematian penduduk (pertumbuhan penduduk/demografi) suatu masyarakat. Terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh dapat menjadi contoh konkret perubahan sosial yang tak disengaja, begitu pula dengan menyebarnya virus flu babi yang telah menelan banyak korban jiwa di Indonesia.
Ide-ide Menarik
Tahukah Anda bahwa ide Revolusi Perancis 1789 dilatarbelakangi oleh tiga kata saja, “Kebebasan, persamaan dan persaudaraan”. Di sisi lain, Revolusi Rusia 1917 sekedar diinspirasi oleh seuntai kalimat, “Beri kami tanah dan roti!”.
Teori-teori Perubahan Sosial
Terdapat berbagai teori mengenai perubahan sosial dalam sosiologi, antara lain teori evolusi sosial, teori struktural fungsional dan teori konflik. Berbagai teori tersebut tak hanya berupaya menjelaskan dan mendeskripsikan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat, tetapi juga berupaya memprediksi bentuk perubahan sosial masyarakat di masa mendatang.
Teori Evolusi Sosial
Teori evolusi sosial meyakini bahwa masyarakat bergerak dari kondisi sederhana menuju pada kondisi yang lebih kompleks. Ide lain yang dibawa pemahaman ini adalah, masyarakat selalu bergerak menuju pada kondisi yang lebih baik. Perubahan yang terjadi guna menuju pada kondisi yang lebih baik tersebut terjadi secara perlahan-lahan, tidak tiba-tiba dan mendasar layaknya revolusi. Berikut berbagai tokoh beserta pemikirannya yang berada di balik pemahaman teori evolusi sosial.
- Auguste Comte
Masyarakat primitif → Masyarakat metafisika → Masyarakat positif
(Supranatural) → (Supranatural & Ilmiah) → (Ilmiah)
- Emile Durkheim
Masyarakat primitif (tradisional) → Masyarakat modern (kapitalis)
(Solidaritas mekanik) → (Solidaritas organik)
- Herbert Spencer
Survival of the fittest: manusia-manusia lemah, miskin dan tak berdaya dalam masyarakat akan mengalami “seleksi alam” dan tergantikan oleh mereka yang kuat, kaya dan berdaya.
- Karl Marx
Masyarakat primitif → Masyarakat feodal → Masyarakat kapitalis → Masyarakat Sosialis (Masyarakat komunis)
- W.W Rostow
Masyarakat tradisional → Masyarakat pra-Lepas landas → Masyarakat lepas landas → Masyarakat pematangan → Masyarakat konsumsi berlebih
Teori Struktural Fungsional
Teori struktural fungsional meyakini bahwa perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat merupakan upaya masyarakat guna mencapai keseimbangan atau kestabilan baru. Layaknya Durkheim, teori ini memandang masyarakat sebagai suatu organisme yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam berbagai kondisi, masyarakat berupaya beradaptasi dan menyusun kembali dirinya hingga menemukan keseimbangan baru yang lebih mantap (lihat kembali teori AGIL). Beberapa sosiolog yang mengusung pemahaman ini antara lain Talcott Parson, Robert K. Merton, Kingsley Davis dan Marion J. Levy. Konsep perubahan sosial dalam teori struktural fungsional dapat diilustrasikan sebagai berikut.
- Perang Dunia I → (Stabil) → Perang Dunia II → (Stabil)
- Krisis ekonomi 1930-an → (Stabil) → Krisis ekonomi 1950-an → (Stabil) → Krisis ekonomi 1970-an → (Stabil) → Krisis ekonomi 1990-an→ (Stabil) → dan seterusnya.
Dengan kata lain, konsep perubahan sosial dalam teori struktural fungsional dapat diibaratkan dengan seorang anak kecil yang tengah bermain mandi bola, dan ketika ia selesai bermain, maka bola-bola tersebut kembali rapi seperti sedia kala. Begitu pula, dapat dicontohkan dengan gelas berisi air yang dimasukkan kerikil ke dalamnya, seketika air dalam gelas tersebut akan beriak, namun kemudian kembali tenang seperti sebelumnya. Jarak antara bola yang sedang kacau dengan bola yang kembali rapi atau air yang tengah beriak dan kembali tenang adalah “perubahan”, pada akhirnya, dengan serta-merta kesemuanya kembali pada titik tenang atau stabil.
Teori Konflik
Teori konflik menganggap bahwa masyarakat merupakan suatu wadah di mana pertentangan dan persaingan guna memperebutkan kekuasaan terjadi. Perubahan sosial merupakan proses saling “jegal” dan menjatuhkan yang berlangsung tanpa henti di dalamnya. Teori ini terinspirasi oleh argumentasi Marx mengenai konflik kelas sosial dan sejarah umat manusia sebagai sejarah pertumpahan darah. Dengan demikian, teori ini memandang masyarakat dalam kaca mata konflik, tidak dalam persepsi harmonis sebagaimana dikemukakan teori struktural fungsional. Beberapa tokoh terkemuka dalam teori konflik antara lain Ralf Dahrendorf, C. Wright Mills dan Lewis Coser. Berikut beberapa ilustrasi mengenai teori konflik.
- Persaingan memperebutkan kursi kepala desa di suatu daerah.
- Pertentangan antara buruh pabrik dengan pemilik pabrik terkait upah kerja.
- Persaingan berbagai partai politik yang ada untuk memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan.
Telisik Kehidupan Tokoh: C. Wright Mills
C. Wright Mills merupakan sosiolog asal Universitas Kolombia, Amerika Serikat. Di samping terkenal sebagai tokoh teori konflik, ternyata hidupnya dipenuhi pula oleh konflik. Ia berkonflik dengan siapa saja yang ditemuinya. Hal tersebut menyebabkannya terasing dan terkucil dari pergaulan teman-teman akademisinya yang lain. Namun demikian, hal tersebut tak begitu mengganggunya, ia tetap produktif menghasilkan karya-karya ilmiah serta konsisten pada sikapnya hingga akhir hayat.
Ide-ide Pokok
- Perubahan sosial adalah perubahan dalam segi struktur sosial kemasyarakatan.
- Perubahan sosial berbeda dengan perubahan kebudayaan.
- Perubahan sosial disebabkan oleh faktor yang direncanakan maupun tidak direncanakan.
- Berbagai teori sosiologi yang menjelaskan terjadinya perubahan sosial antara lain teori evolusi sosial, teori struktural fungsional dan teori konflik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar