Tradisi Analisis Sosiologis: Positivisme, Kritis & Konstruktivisme
Oleh: Wahyu Budi Nugroho
v Tradisi :
1. Tradisi/Teori Positivisme
§ Pengertian dan Penjelasan :
- Masyarakat berkembang semakin kompleks, perubahan sosial bersifat gradual (tradisional-agraris ke modern-industrial).[1]
- Teoretisi positif berusaha merumuskan keajegan dari pemahaman jagad sosial, dengan mengikuti uraian pertama Comte bahwa Sosiologi adalah sains. Hal ini lebih jauh dielaborasi oleh Durkheim, Weber dan Parsons. Secara khusus, teori-teori ini berusaha untuk menjelaskan hubungan kausal yang seharusnya mengatur dunia sosial. Sebagian besar, teori ini dibangun dari sejumlah temuan penelitian, lalu mengelompokkan mereka ke dalam pola-pola umum. Penelitian tertentu “menjelaskan varians”, sebagaimana yang disebut oleh metodologi, dalam variabel tergantung (dependent variabel). Mereka berusaha meraih konstribusi suatu variabel tak tergantung (independent variabel) atas varians dalam satu variabel tergantung.[2]
- Teori sosial positif berbeda dengan teori sosial kritis. Teori positif berusaha merumuskan hukum sosial yang menjelaskan variasi prilaku sosial, sementara teori sosial kritis menolak konsep hukum sosial dan berusaha menjelaskan sejarah sosial untuk mendapatkan pemahaman tentang bagaimana sejarah dapat berubah.[3]
§ Ciri-ciri/Karakteristik :
- Rasionalitas
- Menekankan hubungan kausal (sebab-akibat)
- Perumusan terhadap hukum sosial
§ Teori-teori rujukan :
- Modernisasi
- Durkheimian
- Parsons (terkait sistem sosial)
§ Metodologi
- Manipulatif
- Fenomena sosial dapat diukur (pengadopsian ilmu alam)
- Hubungan kausal dan asosiasional (menyangatkan)
2. Tradisi/Teori Kritik atau Konflik
§ Pengertian dan Penjelasan :
- Kehidupan sosial dibayangkan dalam bingkai oleh struktur hierarkis (kelompok superordinasi dan subordinasi), adanya ekploitasi dan penindasan.[4]
- Teori Konflik beranggapan bahwa konflik dalam kelompok-kelompok masyarakat selalu ada untuk memperebutkan dominasi dan pengaruh. Dalam teori ini, masyarakat dilihat sebagai sesuatu yang selalu berubah, terutama sebagai akibat dari dinamika pemegang kekuasaan yang terus memelihara dan meningkatkan posisinya.[5]
- Teori Kritik adalah produk sekelompok neo-Marxis Jerman yang tidak puas dengan keadaan teori Marxian. Teori ini melakukan kritik terhadap Teori Marxian, Positivisme, Sosiologi, masyarakat modern dan kultur.[6]
- Teori Konflik sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme struktural dan akibat berbagai kritik seperti dibahas di atas. Teori konflik ini berasal dari berbagai sumber lain seperti teori Marxian dan pemikiran konflik sosial dari Simmel.[7]
- Apabila teoretisi positif menekankan penjelasan kausal, teoretisi sosial kritis menekankan historisitas, keterarahan data sosial untuk dilihat dalam konteks transformasi yang mungkin terjadi. Teoretisi sosial kritis berpandangan bahwa semua teoretisi bersifat politis karena mereka membuat asumsi jangka panjang tentang sifat fenomena sosial yang kemudian berdampak pada konsepsi tentang kehidupan yang baik.[8]
- Teori Kritik adalah anak cabang pemikiran Marxis dan sekaligus cabang Marxisme yang paling jauh meninggalkan Karl Marx.[9]
§ Ciri-ciri/Karakteristik :
- Menekankan pertentangan, hubungan superordinasi dan subordinasi, perbedaan kekuasaan dan perubahan sosial.
- Memandang nilai, ide dan moral sebagai rasionalisasi untuk keberadaan kelompok yang berkuasa.
- Berbeda dengan pemikiran filsafat dan sosiologi tradisional
- Pendekatan tidak bersifat kontemplatif atau spekulatif murni
- Pada titik tertentu memandang sebagai pewaris ajaran Karl Marx, berkait teori yang menjadi emansipatoris
- Hendak menjadi praktis.
§ Teori-teori rujukan :
- Ekonomi-politik
- Marxisme
- Jurgen Habermas
- Intelektual Kiri (Plekhanov, Lenin, Trotsky, Gramsci, Krupskaya, Tan Malaka, dll.)
§ Metodologi :
- Partisipatif (terlibat aktif)
- Penelitian sosial empiris
- Provokatif/propaganda
- Melakukan pembelaan
3. Tradisi/Teori Konstruktivisme atau Humanisme
§ Pengertian dan Penjelasan :
- Masing-masing kalangan memiliki pandangan sendiri (dapat menolak atau menerima), terkait dengan referensi, referent (realitas sosial yang dihadapi) dan refleksi.[10]
- Tradisi Konstruktivisme berangkat dari penolakan terhadap natural science. Sifat natural science adalah netral (tidak memihak dan berjarak), objektif serta murni. Sedangkan sifat konstruktivisme “life experience” atau pengalaman hidup, dirasakan oleh aktor (kebenaran adalah hasil dari perspektif). Konstruktivisme terbagi dalam dua bentuk, yakni radikal konstruktivis, adalah hubungan antara akal dan dunia atau realita, serta sosial konstruktivisme (Peter Berger), memperkenalkan pengetahuan sebagai realita yang kita alami sehari-hari.[11]
- Tradisi Konstruktivisme berkembang di Amerika sejak berakhirnya Perang Dingin sebagai reaksi terhadap kegagalan tradisi-tradisi dominan dalam studi hubungan internasional (realisme dan liberalisme) untuk memprediksi ataupun memahami transformasi sistemik yang mengubah tatanan dunia secara drastis. Secara ontologis, konstruktivisme dibangun atas tiga preposisi utama. Pertama, struktur sebagai pembentuk prilaku aktor sosial dan politik (baik individual maupun negara memiliki aspek normatif dan ideasional). Kedua, kepentingan sebagai dasar bagi tindakan atau prilaku politik, bukan menggambarkan rangkaian preferensi yang baku , yang telah dimiliki oleh aktor-aktor politik, melainkan sebagai produk dari identitas aktor-aktor tersebut. Ketiga, struktur dan agen saling menentukan satu sama lain.[12]
§ Ciri-ciri/Karakteristik :
- Nilai sebagai sesuatu yang netral
- Sistemik
- Level unit
- Holistik
§ Teori-teori rujukan :
- Pemikiran ClifordGeertz
- Human potencial
§ Metodologi :
- Reflektif
- Empati
- Melihat setting sosial-kultural masyarakat
- Dinamis
- Bervariasi
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar