Sajak Pembebasan
Workshop Ekonomi, "Masyarakat Konsumtif" Segoroyoso, Bantul, DIY (2010) |
Lama diri
termenung-khusyu menerka
Memandang
beratus wajah berbalut luka
Mungkinkah
mereka habis berjumpa celaka?
Atau
sekedar lagak belaka?
Beratus
wajah memang berduka!
Beribu
hari banting-tulang tanpa suka
Laksana
terkandung rahim neraka
Tak ada
bahagia, lebih-lebih jenaka!
Beratus
wajah menunggu janji dialektika!
Selamatkan
jiwa-raga dari angkara murka
Buah kedangkalan
pikir-otak si durhaka
Yang congkak,
kikir, tamak tapi mengemuka
Hingga
kapan beratus wajah syarat menyangka?
Hingga kering-habis
tinggal putih kerangka?
Hingga
bahagia hidup di alam baka?!
Demi
setetes cuka dan sebiji semangka
Bebaskan
mereka…!
Wahyu BN. Yogyakarta, 13 November 2012: 00.37
Keterangan:
Terkait penggunaan istilah “sajak”
dan bukannya “puisi”, sebagaimana kita ketahui, sajak adalah puisi, namun puisi
belum tentu menemui bentuknya sebagai sajak. Mengingat karya terkait
menggunakan rima (persamaan bunyi),
maka penulis lebih menggunakan istilah sajak pada judul yang tersemat—namun
tetap terkategori dalam bentuk puisi.
Esensi:
Sajak atau puisi ini berkisah
mengenai pengalaman haru-biru penulis kala sengaja menghentikan perjalanan sore
hari tuk melihat para buruh sepulang kerja di sebuah pabrik yang terletak di
seberang Jl. Imogiri Barat-Yogyakarta. Perihal yang begitu menyentuh penulis
adalah selaksa pemandangan wajah-wajah buruh yang tampak lusuh dan berjalan gontai
keluar pabrik. Naluri sosiologis penulis pun seketika menyerua kala itu:
Bebaskan mereka!.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar