"To revolt today, means to revolt against war" [Albert Camus]

 

Blog ini berisi working paper, publikasi penelitian, resume berikut review eksemplar terkait studi ilmu-ilmu sosial & humaniora, khususnya disiplin sosiologi, yang dilakukan oleh Wahyu Budi Nugroho [S.Sos., M.A]. Menjadi harapan tersendiri kiranya, agar khalayak yang memiliki minat terhadap studi ilmu-ilmu sosial & humaniora dapat memanfaatkan berbagai hasil kajian dalam blog ini dengan baik, bijak, dan bertanggung jawab.


Jumat, 17 Juni 2011

John Lennon & Imagine: Pemberontak & Lagu Perdamaiannya

John Lennon & Imagine: Pemberontak & Lagu Perdamaiannya
Oleh: Koko Wijayanto
Universitas Gadjah Mada


John Lennon
Dalam perjalanan solo karirnya, John Lennon adalah seorang maestro musik pencipta sebuah lagu populer berjudul, Imagine. Pria ini mempunyai banyak prestasi dalam sejarah bermusiknya. Banyak penghargaan dari kalangan aktivis gerakan sosial, pemerintah bahkan PBB yang menobatkannya sebagai musisi dengan pengaruh besar pada publik. Tak heran jika fans Lennon hingga kini masih tersebar di saentaro dunia. Meskipun John Lennon adalah generasi musisi tahun 60-an, di sisi lain seni musiknya telah memberi segudang inspirasi bagi pemusik era kontemporer.

Pria bernama lengkap John Winston Lennon ini lahir pada 9 Oktober 1940 di Liverpool, Inggris. Ia lahir pada malam saat Jerman membombardir kota London dan kota-kota lainnya era Perang Dunia II. Untuk mengabadikan kejadian itu, Julia (Ibu John Lennon) menambahkan nama tengah “Winston” pada John Lennon. Nama tengah ini sengaja diberikan ibunya mengingat Winston Churchill merupakan sosok yang dikaguminyasaat itu menjabat pula sebagai Perdana Menteri Inggris. John Lennon lahir dari pasangan Alfred Lennon dan Julia Stanley. Ayah Lennon adalah seorang pelaut yang sering berpergian dan jarang kembali ke Liverpool, bahkan pada saat John Lennon lahir Alfred tak mendampingi ibunya.

Tahun 1946, Alfred kembali ke Liverpool dan membawa Lennon serta Julia berlibur ke Blackpool. Namun, liburan tersebut tak seindah yang dibayangkan Lennon kecil. Saat itu, ia dihadapkan pada dua pilihan yang cukup sulit: memilih untuk mengikuti ayahnya atau tinggal bersama ibunya. Dengan kata lain, orang tua John Lennon memutuskan untuk bercerai pada saat itu. Dengan berat hati dan tetesan air mata, pada akhirnya Lennon memilih untuk ikut bersama ibunya.


John kemudian diasuh oleh Mimi Smith (kakak tertua dari ibunya) dan suaminya (George Martin). George Martin adalah orang pertama yang mengajarkan Lennon bermain musik. Martin mengajarkan alat musik banjo dan piano pada Lennon kecil, sedang kemampuannya dalam bermain gitar didapatnya secara otodidak. Masa muda Lennon dihabiskan bersama keluarga George Martin dan Mimi Smith.

Di tengah keseharian Lennon bermain gitar, Mimi Smith berkata, “John sayang, bermain gitar memang menyenangkan, tetapi kamu tak bisa hidup dan menghasilkan uang hanya dengan bermain gitar”. Perkataan tersebut seakan menjadi cambuk baginya, John Lennon bertekad membuktikan bahwa ucapan bibinya tidaklah benar. Selang beberapa hari kemudian, ia membujuk ibunya untuk membelikan sebuah gitar. Julia pun membelikan sebuah gitar bekas. Meskipun bekas, John Lennon sangat senang dengan gitar pemberian ibunya tersebut. Sejak saat itu, ia semakin rajin memainkan gitar pemberian ibunya.

Saat menginjak usia remaja, John Lennon dihadapkan pada kecelakaan yang menimpa ibunya di dekat rumah Mimi Smith. Julia tertabak oleh sebuah mobil. Saat itu juga, ibunya menghembuskan nafas terakhir. Saat itu, John Lennon berusia 17 tahun. Peristiwa tersebut lantas membuat Lennon kian membenci pemerintah maupun aparat pemerintah dikarenakan kecelakaan yang menewaskan ibunya. Kecelakaan tersebut disebabkan oleh kecerobohan seorang polisi yang mengendarai mobilnya dalam keadaan mabuk. Sungguh ironis, polisi yang menjadi tersangka dalam kecelakaan tersebut terbebas dari segala tuntutan hukum.

Awal Terbentuknya The Beatles
            Tahun 1957 adalah saat John Lennon memulai karirnya. Pada waktu itu, ia mengenyam pendidikan di Liverpool College of Art, di situ pula lah ia untuk pertama kalinya membentuk sebuah band bernama Black Jack. Dalam band itu, ia bertemu dengan Ringgo Star, sang penabuh drum. Berselang kemudian, nama Black Jack berubah menjadi The Quarrymen oleh karena sebagian besar anggota band tersebut bersekolah di Quarry Bank Grammar School.

            Pada tanggal 6 Juli 1957, The Quarrymen tampil pada sebuah acara gereja di Woolton di mana untuk pertama kalinya John Lennon bertemu dengan Paul McCartney. McCartney merasa kagum dengan penampilan John Lennon hingga pada akhirnya ia menghampiri John Lennon di belakang panggung untuk menyatakan rasa kagumnya dan menyatakan ingin bergabung dengan John dalam sebuah band. Dengan modal keahlian bermain musik yang pas-pasan, ia sempat diragukan Lennon. Di lain sisi, John juga mempertimbangkan kemauan kuat yang dimiliki McCartney, yang pada akhirnya John bisa menerima pria bernama lengkap Paul McCartney sebagai bagian dari band-nya.


            Beberapa hari kemudian, McCartney memperkenalkan George Harrison kepada John Lennonsetahun lebih muda dari McCartney. Harrison lahir di Wavertree, Liverpool, Inggris pada 24 Februari 1943. Harisson yang jago dalam bermain gitar, pada akhirnya ikut bergabung dengan John Lennon. Pada awalnya, personil band The Quarrymen banyak mengalami perubahan. Hingga pada akhirnya menyisakan John Lennon, Ringgo Star, Paul McCartney dan George Harrison.

Dalam perjalanannya, setelah The Quarrymen beberapa kali berganti nama. Pada tahun 1959, nama band pun berubah menjadi The Beatles di Liverpool. Ide ini muncul dari John Lennon dan Allan Williams yang sekaligus menjadi manajer The Beatles untuk pertama kalinya. Nama The Beatles sebenarnya tidak memiliki makna yang spesifik, melainkan ditemukan dari hasil permainan kata-kata nama serangga (beetle atau kumbang) digabung dengan beat (gaya music yang dimainkan) sehingga pada akhirnya diputuskan menggunakan nama The Beatles.


Tahun 1960, Allan Williams untuk pertama kalinya memperoleh kontrak bagi The Beatles untuk tampil di sebuah klab di Hamburg, Jerman. Agustus 1960 di Hamburg, The Beatles tampil setiap malam di beberapa klab-klab malam yang terlihat kotor. Mereka juga tinggal di penginapan kecil dekat klab-klab malam. Debut awal karir mereka di Jerman terbilang cukup sukses. Hal ini terlihat dari penuhnya pengunjung klub-klub malam di setiap penampilan mereka. Dengan beberapa alasan, kemudian mereka kembali ke Liverpool untuk melanjutkan karir musiknya.

Sekembalinya ke Liverpool, mereka tampil di Cavern Club. The Beatles menjadi sangat terkenal di Liverpool karena klab ini. Pada setiap show, The Beatles ramai dikunjungi penonton. Kerap kali, sebelum show dimulai banyak orang yang rela mengantri panjang demi melihat penampilan musik The Beatles. Lantaran awal karirnya yang bermula dari klab-klab malam Jerman, banyak yang menyangka The Beatles berasal dari Jerman. Apalagi poster konser yang terpasang pada awal bermain di Inggris bertuliskan The Beatles Direct from Hamburg.

Kematian John Lennon
            Bulan Desember, sepulang dari wawancara RKO Radio, John Lennon memutuskan kembali ke apartemen tempatnya menginap. Didampingi Yoko Ono (istrinya) dengan mobil limo yang mereka tunggangi, langsung bergegas mengantar keduanya. Yoko Ono keluar terlebih dahulu disusul Lennon yang membawa lilin guna mengusir hawa dingin malam itu. Ia berjalan menaiki tangga gedung sambil menjaga api lilin supaya tidak padam. Saat John melewati bawah lengkungan gerbang masuk yang menghubungkan halaman dalam gedung Dakota, tiba-tiba terdengar suara memanggil namanya, “Tuan Lennon,” saat itu waktu menunjukkan pukul 10.50, 8 Desember 1980, John pun menoleh sambil membalikkan badannya, mencoba melihat seseorang yang berdiri di dalam gelap.

Seorang pria dengan tenang menghampiri John di depan apartemennya. Pria yang memanggil John telah berdiri lima langkah di depannya dan mencoba mengarahkan pistol  dengan kedua tanggannya. Sebelum Lennon tahu apa yang akan terjadi menimpa dirinya, pistol Revolver 38 terlebih dahulu mengeluarkan peluru dan bersarang di tubuhnya. Suara tembakan pertama, seakan membuat suasana sekitar hening untuk sejenak. Lilin yang ada dalam genggaman John pun terlepas setelah butir peluru menembus tubuhnya. Empat peluru berikutnya menyusul disarangkan ke arah John.


Dengan satu peluru yang meleset dan empat lainnya yang berhasil menembus tubuh Lennon, saat itu ia tak langsung roboh. Lennon sempat berjalan terhuyung-huyung sejauh 6 langkah ke arah penjaga pintu Dakota. Dengan meninggalkan bercak darah di lantai tempat ia melangkah. John berkata, “Saya ditembak” (rintih John). John yang tak kuasa menahan tubuhnya, jatuh bersimpah darah di depan kantor penjaga pintu Dakota.

            Penembak yang menjadi tersangka pembunuhan John Lennon bernama Mark David Chapman yang saat itu berumur 25 tahun, kemudian membuang pistolnya, dengan cepat penjaga pintu menyepak benda itu sejauh mungkin. “Apakah kamu menyadari apa yang baru saja kamu lakukan?”, tanya penjaga pintu kepada Chapman. “Saya baru saja menembak John Lennon,” jawab Chapman dengan tenang.

            Atas laporan penjaga pintu melalui telepon, beberapa menit kemudian polisi berdatangan. Chapman memang tak melarikan diri. Justru saat itu ia membaca novel klasik karangan J.D Silinger berjudul The Catcther In The Rye yang dibawanya. Hanya dalam hitungan menit, Chapman yang masih berada di lokasi kejadian ditangkap polisi. Dalam kondisi sekarat, John Lennon diangkat menggunakan mobil patroli polisi. Rumah sakit berada lima belas blok dari lokasi penembakan. Yoko Ono bersama Anthony Palma (polisi yang datang di tempat kejadian) segera membuntuti mobil yang digunakan untuk mengantar Lennon menuju rumah sakit.

            Setibanya di Rumah Sakit Roosevelt, John Lennon ditangani oleh satu tim dokter yang terdiri dari tujuh orang yang berusaha keras menyelamatkan John. Peralatan canggih yang dimiliki RS Rosevelt serta kerja keras tim dokter yang diketuai Dr. Stephen tak membuahkan hasil, Lennon pun menghembuskan nafas terakhirnya. Tak lama kemudian, tim dokter yang menanganinya mengumumkan kematian John Lennon pada publik. Salah satu musisi jenius yang pernah dimiliki dunia telah tiada...

Kembalinya Personel The Beatles
            Setelah meninggalnya John Lennon padan 8 Desember 1980, seakan menjadi magnet bagi personil The Beatles untuk kembali. Mereka kembali untuk mengerjakan proyek John yang tertunda. Di lain sisi, ini adalah cara mereka untuk menghargai rekan lamanya (John Lennon). Bagi mereka, Lennon merupakan sosok seorang pemimpin yang layak dihargai. Menurut McCartney, John Lennon adalah orang yang dipandang pantas duduk sebagai pemimpin The Beatles mengingat dirinya sebagai pendiri band tersebut. Dengan kelebihan yang dimiliki Lennon, tak heran ia dapat menyedot perhatian khalayak. McCartney pernah menyatakan, “Kami semua memandang John. Ia lebih tua dan lebih memenuhi syarat sebagai pemimpin. Dia lebih cekatan, cerdas dan unggul dalam segala hal.


Sepuluh tahun selang bubarnya The Beatles berdampak pula pada pupusnya harapan banyak penggemarnya akan rujuknya band asal Liverpool tersebut. Akan tetapi, rasa kekecewaan para fans pun mungkin terbayar dengan munculnya album terakhir The Beatles yang bertajuk nuansa damai, ketenangan yang seakan mengajak pendengarnya untuk menikmati arti hidup yang penuh makna.

Pada tahun 1994, para personil The Beatles yang tersisa, kembali masuk studio rekaman untuk merangkap album The Anthology yang belum terselesaikan oleh John Lennon. Lagu ini adalah karya Lennon yang sempat diabadikan Yoko Ono dalam rekaman sederhana. Meski tidak didampingi Lennon, ketiga personil The Beatles yang tersisa berhasil menyelesaikan single baru berjudul Free as A Bird. Album ini mampu meraih sukses besar pada tahun 1995-1996. Selang beberapa tahun kemudian, pada November 2001, George Harisson menyusul John Lennon. Sebab kematian Harrisson tidak lain adalah penyakit kanker yang dideritanya.

Secuil Karya Lennon untuk Dunia
Beberapa karya Lennon yang terkenal, salah satunya lagu Imagine, secara serius telah memberi dampak yang luas di seluruh dunia. Album Imagine tahun 1971, adalah lagu bagi gerakan pecinta damai (antiperang) yang membawa misi menciptakan kehidupan dunia yang aman dan tentram. Album ini telah sukses diproduksi dan laris di pasaran.

            “Jika ada satu orang yang bermimpi, maka tetaplah mimpi. Tapi jika ada dua orang memiliki mimpi yang sama, itulah realitas. Yaitu mimpi tentang Love Peace No War,” Ucap John Lennon saat menentang kebijakan Amerika Serikat tentang perang Vietnam. Secara serius, ia telah mengajak para penggemarnya dan khalayak pada umumnya untuk mencintai perdamaian dunia. Lennon membayangkan, kehidupan yang sempurna adalah kehidupan yang penuh perdamaian; tak ada saling bunuh, tak ada kemiskinan, semuanya serba damai dan bahagia.

Tak tanggung-tanggung, dua tahun terakhirnya bersama The Beatles di Inggris, Lennon mengikuti serangkaian protes publik menentang kebijakan perang Vietnam yang dilakukan oleh Amerika. Pada tahun 1965, sebagai salah satu bentuk protesnya kepada pemerintahan Inggris yang juga terlibat dalam pertempuran, Lennon mengembalikan medali penghargaan MBE (Member of British Empire) yang pernah diberikan Ratu Elizabeth pada tanggal 26 Oktober 1965 di Istana Buckingham, London. Hal ini ia lakukan juga sebagai salah satu bentuk ketidakpuasan John atas keikutsertaan Inggris dalam perang di Nigeria.

Bersamaan dengan itu, John Lennon memutuskan untuk meninggalkan Inggris dan menetap di Amerika. Bagi Lennon, Amerika adalah salah satu tempat yang sesuai dengan dirinya dalam mengekspresikan karya-karyanya. Di lain sisi, ia telah menjadi motor gerakan penentang kebijakan perang Vietnam oleh AS. Ia memandang Amerika sebagai pusat perkembangan musik dunia sekaligus tempat yang tepat bagi kehidupannya. Di sana, Lennon berupaya menciptakan budaya perdamaian yang ujung-ujungnya ber-efek pada dunia. Pada tahun 1972, John merilis album Sometime in New York City yang kental akan nuansa politik. Lagu-lagu dalam album ini berisikan pemberontakan di penjara oleh karena diskriminasi rasial, peran Inggris terhadap Irlandia Utara, dan juga permasalahan pribadi di Amerika dalam proses mendapatkan Green Card.


Dalam proses mendapatkan Green Card di Amerika, John Lennon dan Yoko Ono terbentur dengan upaya deportasi pihak-pihak yang tak menginginkan dirinya berada di Amerika. Salah satu orang yang “menolaknya” adalah Richard Nixon, presiden AS kala itu. Alasan mendasar Nixon tak menginginkan Lennon tinggal di Amerika tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh sikap radikal Lennon dan teman-teman aktivis perdamaiannya berikut berbagai organisasi yang kerap menentang beberapa kebijakan pemerintah Amerika Serikatsemisal Pink Panther.

Richard Nixon memasukkan John Winston Lennon ke dalam blacklist negaranya. Di lain sisi, hal ini juga disebabkan terlalu vocalnya Lennon dalam mengkampanyekan gerakan damai-antiperang di Amerika Serikat. Akan tetapi, Lennon tak gentar berhadapan dengan siapa pun. Ia terus melanjutkan perjuangan dan melakukan hal yang diyakininya bahwa, “kehidupan lebih menyenangkan bila berdampingan secara damai.”

Pemerintah dan departemen dalam negeri seakan mencari cara untuk mendeportasi John Lennon dan Yoko Ono dari Amerika Serikat. Namun, Lennon tetap yakin bahwa, ia tak sendirian melainkan banyak massa yang mendukungnya meski dirinya terancam bakal dideportasi Nixon. Hingga pada 9 agustus 1974, Richard Nixon turun dari jabatannya sebagai presiden dan digantikan oleh Gerald Ford. Pergantian kepala negara tersebut berdampak pada John Lennon dan Yoko Ono dalam memperoleh Green Card. Beberapa tahun kemudian, mereka mengurus proses kepindahannya di Amerika, dan pada tahun 1976 Lennon dan Ono dinyatakan sah menjadi warga Amerika.

Lebih jauh, sebagai bentuk simpatinya terhadap perdamaian dunia, melalui solo karirnya, Lennon melanjutkan aktivitas perdamainnya melalui banyak karya musik. Tahun 1969 di Toronto, dengan Plastic Ono Band, Ia berhasil merekam tiga single lagu yang mempunyai makna anti-perang antara lain; Give Peace a Chance, Cold Turkey, dan Instant Karma.

Makna Ekplisit Imagine
Tanggal 8 Desember tak lain menjadi  hari  kenangan bagi para penggemar The Beatles. Itu adalah hari kematian John Lennon dalam insiden penembakannya di Dakota. Sebagai penghormatan atas kematian Lennon, pada tahun 2002 Liverpool mengubah nama bandaranya menjadi Liverpool John Lennon Airport dan menggunakan semboyan, Above us only sky” yang dipetik dari lagu Imagine karya Lennon.


            Album Imagine tahun 1971 menjadi tema lagu gerakan antiperang bagi kalangan aktivis perdamaian dunia. Melalui lagu Imagine, John Lennon secara lantang menyuarakan pada warga dunia untuk hidup dalam kedamaian-tanpa perang, tidak ada yang membunuh, tidak ada yang mati terbunuh, dan tidak ada kemiskinan. Selain itu, Lennon juga memimpikan seluruh umat manusia hidup secara damai lagi bahagia.

The Beatles yang populer di era 60-an seakan menjadi cermin bagi generasi sekarang. Sampai saat ini, banyak album The Beatles yang ajeg diburu oleh para penikmat musik dunia

Imagine
By John Lennon

Imagine there’s no heaven, it easy if you try,
No hell below us, above us only sky,
Imagine all the people, living for today…

Imagine there’s no country, it isn’t hard to do,
Nothing to kill or die for, and no religion too,
Imagine all the people, living life in peace…

You … you may say I’m a dreamer, but I’m not the only one,
I hope someday you’ll join us, and the world will live as one…

Imagine no possesion, I wonder if you can,
No need for greed or hunger, a brotherhood of man,
Imagine all the people, sharing all the world…


***

Referensi;

Pustaka:
  • Hai-Klip, “The Beatles”, Edisi ke-6, Tahun 2003.
  • Triono, Hendi. 2010. Imagine John Lennon. Yogyakarta: Titinada.
Film:
  • The U.S. vs. John Lennon by David Leaf and John Scheinfeld.
  • Nowhere Boy by Sam Taylor-Wood. 

3 komentar:

Unknown mengatakan...

nice artikel gan, john lenon emang ga pernah mati di hati para penggemar nya,, ^^

inspiratif dan legend

jangan lupa mampir yah

http://gustav-econimics.blogspot.com/2011/10/tips-menentukan-pasar-yang-tepat.html

Wbn mengatakan...

lennon is a genious, living in every part---life is real. Kata Freddie Mercury (queen) :)

Unknown mengatakan...

"Hi!..
Greetings everyone, my name Angel of Jakarta. during my
visiting this website, I found a lot of useful articles, which indeed I was looking earlier. Thanks admin, and everything."
Ejurnalism

Posting Komentar

Facebook Connect

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger