Bus Baru, Budaya Baru, Semoga…
Oleh:
Wahyu Budi Nugroho[1]
Beberapa bulan
lalu, ketika intensitas mobilitas saya dari Yogyakarta ke Jawa Timur cukup
padat, saya kerap menggunakan bus antarprovinsi jurusan Yogyakarta-Surabaya.
Kala itu, bus yang saya gunakan terbagi dalam dua jenis, AC dan non-AC. Sebagaimana
banyak orang yang berpikiran efisien, saya selalu memilih bus yang terlebih
dahulu hendak berangkat, itulah mengapa terkadang saya menggunakan baik bus AC
maupun non-AC. Tempo hari, ketika saya pulang dari Jawa Timur, bus yang saya
gunakan tampak baru, tanpa segan saya pun menanyakan perihal terkait pada sang
kondektur, dan ia pun menjawab bahwa semua bus antarprovinsi jurusan
Yogyakarta-Surabaya sebagian besar telah diganti, sedang sisanya diperbaruhi,
kini semua bus dengan jurusan tersebut telah ber-AC serta bertarif “ekonomi”,
pungkasnya. Saya pun tersenyum simpul mendengarnya. Bagaimana tidak, ini adalah
kabar baik bagi mereka yang “anti” terhadap asap rokok. Dan memang, “stiker” larangan
keras untuk merokok di dalam bus pun tertempel di kaca-kaca, saat itu pun saya
tak menemui seorang penumpang pun yang tengah merokok seperti biasanya, padahal
kondisi bus cukup ramai.
Sebelumnya,
ketika bus antarprovinsi jurusan di atas sebagian besar masih tak ber-AC, sering
ditemui para penumpang yang tanpa ragu menyulut rokok di dalam bus, tentunya
kita begitu miris kala melihat penumpang lain terutama wanita dan ibu-ibu yang ajeg menutup hidung berikut mulutnya
dengan tangan atau kain untuk menahan pekatnya kepulan asap rokok yang menjamah
wajah mereka. Kini, dengan dioperasikannya seluruh bus ber-AC, pastinya para
perokok bakal berpikir ulang untuk menyulut gulungan tembakaunya. Mengapa? Bagi
mereka para penumpang yang dahulunya cukup takut atau sungkan untuk menegur
para perokok, kini setidaknya mereka dapat menggunakan alasan bus yang “ber-AC”
sebagai alasan. Ditambah lagi, interior bus-bus baru tersebut yang tampak mewah
dan elegan sehingga kiranya membuat canggung para perokok, “Semua kemewahan ini ‘tak cocok’ dengan kepulan asap rokok”,
demikian kira-kira ilustrasi lisannya.
Sebagaimana
harapan kita bersama, semoga pengoperasian bus-bus baru ini dapat membawa “budaya
baru” pula bagi kita, yakni budaya bus (angkutan umum) yang bebas dari asap
rokok. Agaknya, segala cara memang syarat kita tempuh guna menghentikan
kebiasaan para perokok yang dengan bebasnya menyebulkan asap rokoknya
kesana-kemari, sekalipun dengan membuat mereka merasa canggung. Kedepannya, semoga
hal di atas benar-benar menjadi budaya baru bagi kita, bahkan turut terwujud
pada berbagai fasilitas umum lainnya. Semoga!
*****
4 komentar:
iya gan. apa lagi bus Mira & sumber kencono gan. bus nya bagus2 fasilitas kayak pariwisata aja. mampir ke blog ane ya gan http://pirlyyyy-dot-com.blogspot.com/
betul bung, siap meluncur ke TKP ;)
ane gak jarang naik bus gan.,,gak seneng.,.! :D
wah sekali2 perlu dirasain tuh bung, life is a beautiful journey, hehe. salam.
Posting Komentar