Pergeseran Makna Pacaran
Oleh:
Wahyu Budi Nugroho
Apa
Itu Pacaran?
Setidaknya,
kita dapat mendefinisikan “pacaran” sebagai hubungan emosional yang terjalin
antara dua anak manusia dan dilandasi oleh ikatan batin antar kedua belah pihak
yang terlibat di dalamnya. Melalui definisi tersebut, sesungguhnya mereka yang berpacaran
tak sebatas pada individu-individu yang berlawanan jenis (pria-wanita), melainkan pula mereka individu-individu
sesama jenis; pria dengan pria yang kerap disebut “homo”, atau sesama wanita
yang disebut “lesbi”.
Fungsi Pacaran?
Umumnya, pacaran berfungsi sebagai proses penyesuaian antara dua
anak manusia yang saling mencintai sebelum beranjak pada jenjang yang lebih
serius, pernikahan. Melaluinya, diharapkan setiap pasangan mampu menentukan dan
menimbang apakah pasangannya (baca: pacarnya) memenuhi kriteria-kriteria yang
diharapkannya berikut mampu menjadi pendamping hidupnya di kemudian hari dalam
suka maupun duka.
Pergeseran Fungsi Pacaran
Namun demikian, tak dapat dipungkiri bahwa saat ini telah
terjadi distorsi (pergeseran) sedemikian rupa dalam jalinan batin antara dua
anak manusia yang kerap diistilahkan dengan pacaran ini. Apabila pada mulanya
pacaran berfungsi sebagai tahap penyesuaian sebelum beranjak pada jenjang yang
lebih serius, kini pacaran lebih tampak sebagai having fun, semacam perilaku yang sekedar berorientasi pada kesenangan
belaka, hal ini kiranya tampak melalui kecenderungan “gonta-ganti” pacar yang
kerap kita temui pada anak muda dewasa ini. Bagi mereka, pacaran tak lagi dianggap
sebagai perihal yang “sakral” dan suci, ataupun sebagai proses penyesuaian pada
tahapan pra-Nikah, melainkan lebih pada hasrat “untuk mencoba”; “Bagaimana rasanya berpacaran dengan Si A, Si B atau Si C?”, kira-kira
demikian ilustrasinya. Melalui hal tersebut, dapatlah ditilik bahwa saat ini
pacaran sekedar menjadi pengejawantahan “hasrat-libidinal”.
Tak hanya itu saja, dewasa ini pacaran lebih dianggap sebagai
“tren”, agaknya cukup banyak dari mereka yang merasa “minder” atau “kurang”
dalam pergaulan apabila belum memiliki pacar. Dengan demikian, seolah pacaran
sekedar ditujukan sebagai “status” semata. Kiranya, hal tersebut kian
diperparah dengan berbagai media jejaring sosial yang menyediakan informasi
mengenai “tengah berhubungan atau tidaknya seseorang”. Di samping itu, tak jarang
pula saat ini banyak pemuda/i yang sengaja memacari pria atau wanita tertentu
guna mendongkrak pamornya dalam pergaulan. Sebagai misal, bakal timbul “keseganan”
dari pihak lain atau kepuasan diri apabila seseorang dapat memacari pria/wanita
yang diidolakan banyak orang. Secara tak langsung, hal tersebut sudah pasti bakal
mendongkrak citranya dalam pergaulan—bakal “diperhitungkan”.
*****
11 komentar:
Benar skliii...
Setuju banget...
Sy suka artikel ini...
miris gan sama pacaran jaman sekarang apalagi ababil ababil udah menjuru ke sex bebas
Kamu Blogger...? Yuk Ikutan Event Untuk Blogger Berhadiah Blakberry Playbook Berakhir 23 Desember 2011
hmmmmm.... ijin nyimak dulu yaaa...
Stylish Generation
ningsyafitri: thanks for the comment mbak ;) *suka sekali dengan comment mbak :D
konde: semoga kita tak masuk di dalamnya bung ;)
tia: silakan mbak tia :D
pacaran sebagai trend?sepertinya kalau nggak pacaran berarti kuper ya ?
ironis skali dengan perubahan sosial dampak dari kemajuan teknologi.
kita hanya bisa ... berbuat tanpa berharap :)
Pada dasanya, pacaran memang adalah suatu kebutuhan yang bagi pemuda/i merupakan jalan u/ saling mengenal satu sama lainnya. Namun realitanya sekarang banyak kita jumpai pemuda/i dalam hal pacaran salah haluan. Pacaran di jadikan sebagai jalan u/ mendapatkan apa yg diinginkannya,(mengerti). Hal inilah sebenarnya yg perlu diperhatikan oleh para sosiolog... solusi apa yg kira-2 berguna u/ mengatasi masalah pemuda/i kita saat ini.
mantap bungh
Saleh: yg sangat solutif saya kira pemerintah kudu meningkatkan kesejahteraan, menciptakan proyek padat karya, sehingga para pecinta kita bs cepat mandiri dan menuju pelaminan. Hehe.
Anton: thanks
Salam Hangat,
Wahyu BN :)
Setuju bet
Posting Komentar