Perubahan Perilaku di Jalanan akibat “Telpon Genggam”
Oleh:
Wahyu Budi Nugroho[1]
Ajeg diketahui bahwa perkembangan teknologi informasi
membawa dampak positif yang signifikan bagi aktivitas keseharian manusia. Beragam
misal teknologi informasi terkini layaknya handphone/hp
‘telpon genggam’, internet dan sejenisnya memungkinkan kita untuk menjalin
komunikasi kapanpun dan dimanapun. Namun demikian, kita kerap kali tak
menyadari bahwa adakalanya berbagai teknologi informasi tersebut justru menyebabkan
terjadinya perubahan perilaku, bahkan membahayakan diri kita. Sebagai misal, hampir
tak mungkin bagi kita untuk berlama-lama mengabaikan panggilan maupun pesan
singkat (baca: sms) yang masuk lewat hp. Kiranya, hal tersebut dapat
dibuktikan dengan cukup banyaknya pengendara kendaraan roda dua yang
akhir-akhir ini dengan sengaja menepi dan berhenti untuk menjawab panggilan
masuk atau sekedar membalas sms, parahnya
lagi sebagian dari mereka melakukan aktivitas tersebut sembari berkendara. Sedang,
apabila pengendara roda empat, umumnya mereka menerima panggilan masuk atau
membalas sms yang masuk sembari
menyetir kendaraan. Tak pelak, di samping membahayakan keselamatan pengendara
yang bersangkutan, hal tersebut turut membahayakan para pengendara lainnya di
jalan.
Merespon
maraknya fenomena di atas, beberapa pemerintah setempat kota-kota besar di
tanah air telah melarang keras para pengemudi kendaraan bermotor untuk melakukan
aktivitas terkait sembari berkendara demi alasan keamanan. Jakarta misalnya, larangan
keras tersebut telah diterapkan secara tegas, pihak yang berwajib—polantas—tak segan-segan melayangkan
tilang atau mengambil hp dari pengendara
yang terbukti menyalahi larangan di atas. Namun, di kota besar lainnya semisal
Yogyakarta, aturan tersebut belum diterapkan secara tegas. Apabila kita plesir di kota yang konon berhati nyaman ini, maka akan kita temui banyak dari
pengendara motor maupun mobil yang ber-sliweran
sembari melakukan dua aktivitas “tabu” di atas—menerima panggilan masuk atau
membalas sms. Tentunya ini menjadi
sebentuk keprihatinan tersendiri.
Perihal
menarik berkenaan dengannya adalah, bagaimana jika kita mencoba berpikir sedikit
“nakal” dengan membandingkan situasi dan kondisi jalanan kota-kota besar “sebelum
dan setelah” hp menjadi barang umum
yang dimiliki hampir setiap orang. Perbedaannya jelas, sebelum instrumen
komunikasi tersebut menjadi barang umum dalam masyarakat kita, musykil ditemui para pengendara
kendaraan bermotor di jalanan yang mengemudi sekaligus menjawab panggilan masuk
atau membalas sms. Hal terkait
tentunya demikian berbeda dengan situasi dan kondisi saat ini. Secara tak
langsung, ini membuktikan telah terjadinya perubahan perilaku masyarakat kita di
jalanan akibat teknologi informasi yang dinamai “handphone” itu. Tantangan yang
hadir kemudian adalah, bagaimana mengupayakan penggunaan hp secara cerdas oleh masyarakat, yakni dengan mewujudkan situasi
dan kondisi jalanan layaknya instrumen tersebut belum dimiliki secara massal. Sudah
tentu terwujudnya masyarakat pengguna hp yang cerdas menjadi harapan kita bersama,
setidaknya mereka mampu menimbang: segera menjawab telpon atau membalas sms
yang masuk dengan mempertaruhkan keselamatan jiwa mereka dan orang lain, atau
menunda aktivitas tersebut untuk beberapa momen dan menyelamatkan jiwa mereka
berikut orang lain. Nyatanya, masa depan
kita masih perawan, segala sesuatu masih mungkin terjadi!
*****
2 komentar:
a.k.a korban gadget.. hehe
Stylish Generation
wkwkwkwk
Posting Komentar