"To revolt today, means to revolt against war" [Albert Camus]

 

Blog ini berisi working paper, publikasi penelitian, resume berikut review eksemplar terkait studi ilmu-ilmu sosial & humaniora, khususnya disiplin sosiologi, yang dilakukan oleh Wahyu Budi Nugroho [S.Sos., M.A]. Menjadi harapan tersendiri kiranya, agar khalayak yang memiliki minat terhadap studi ilmu-ilmu sosial & humaniora dapat memanfaatkan berbagai hasil kajian dalam blog ini dengan baik, bijak, dan bertanggung jawab.


Rabu, 18 Juli 2012

Review Chapter 13-15 & 17 The Practice of Social Research by Earl Babbie

Review Chapter 13-15 & 17
The Practice of Social Research by Earl Babbie

Oleh: Wahyu Budi Nugroho



Review Chapter 13: Qualitative Data Analysis
The Practice of Social Research (11th Edition)
By Earl Babbie

Earl Babbie membagi bab terkait—Analisis Data Kualitatif—ke dalam empat subbab, antara lain; Menghubungkan antara Teori dengan Analisis, Memproses Data Kualitatif, Program Komputer untuk Data Kualitatif serta Analisis Kualitatif untuk Data Kuantitatif.

Dalam subbab pertama, Babbie menjelaskan bahwa analisis kualitatif merupakan hubungan yang berkesinambungan dan saling mempengaruhi antara teori dengan analisis. Lebih jauh, analisis data kualitatif bertujuan untuk menemukan pola yang telah berubah dari waktu ke waktu, berikut berbagai “hubungan memungkinkan” yang terjadi antara variabel-variabel yang ada. Mengutip John dan Lyn Lofland, Babbie mengemukakan enam cara yang berbeda guna menemukan berbagai pola yang ada, Ia memisalkannya pada kasus kekerasan anak di lingkungan tempat tinggal, berbagai cara guna menemukan pola tersebut antara lain;

1.      Frequencies: Berdasarkan berbagai studi yang pernah dilakukan, seberapa sering kasus kekerasan anak terjadi di lingkungan tempat tinggal?  
2.      Magnitudes: Bagaimana tingkat kekerasan tersebut? Seberapa brutalkah?
3.      Structures: Apa saja tipe-tipe kekerasan yang terjadi; fisik, mental, seksual? Apakah hal tersebut tampak melalui perilaku yang ditunjukkan korban?
4.      Processes: Apakah terdapat elemen/tingkatan yang terstruktur dalam peristiwa? Apakah dimulai dari kekerasan mental, berubah menjadi kekerasan fisik, kemudian beralih pada kekerasan seksual? Atau mungkin ditemui variasi lainnya?
5.      Causes: Apakah penyebab terjadinya kekerasan pada anak? Apakah itu merupakan perihal yang lumrah dalam suatu kelas masyarakat, agama atau etnis tertentu? Apakah hal itu lebih sering terjadi pada situasi dan kondisi yang tengah baik ataukah buruk?
6.      Consequences: Seberapa besar kekerasan tersebut berdampak pada anak, baik terjadi dalam periode singkat maupun panjang? Apa sajakah perubahan yang tampak dari diri korban akibat kekerasan tersebut?

Dalam pemeriksaan data, kita akan menemukan pola-pola lain yang muncul akibat variasi lintas observasi dan merepresentasikan tipe kasus yang berbeda dari studi. Menurut Michael Huberman dan Matthew Miles, hal tersebut dapat dipecahkan dengan menentukan dua bentuk analisis lintas studi: variable-oriented analysis ataukah case-oriented analysis. Apabila kita menggunakan bentuk yang pertama, variable-oriented analysis, maka analisis berkecenderungan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan variabel-variabel yang ada. Sedangkan, apabila case-oriented analysis yang digunakan, maka analisis lebih berorientasi pada penjelasan satu atau beberapa kasus berdasarkan pengamatan yang seksama di setiapnya.   

Lebih jauh, adapun pendekatan yang dapat digunakan untuk mengungkap dan menjelaskan berbagai pola tersebut antara lain dengan menggunakan metode grounded theory, semiotika dan analisis percakapan. Metode Grounded Theory (GTM/Grounded Theory Method) merupakan pendekatan induktif (khusus-umum) dalam penelitian, untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Barney Glaser dan Anselm Strauss, bagi pendekatan ini teori merupakan hasil generalisasi pengamatan data ketimbang penempatannya (teori) secara deduktif (umum-khusus). Semiotika (Semiotics) merupakan studi mengenai tanda atau simbol berikut pemaknaan yang melekat padanya, studi tersebut tak lepas dari konteks analisis yang tengah dilakukan. Analisis Percakapan (CA/Conversation Analysis) merupakan analisis yang cermat terhadap setiap detail percakapan dengan subyek yang diteliti, didasarkan pada transkrip yang lengkap termasuk ketika percakapan subyek tengah terhenti, ragu-ragu dan juga tertawa.

Memproses data kualitatif lebih tampak sebagai “seni” dalam ilmu pengetahuan. Setidaknya, terdapat tiga kata kunci di dalamnya; mengkode/kodefikasi (coding), pencatatan/notifikasi (memoing) dan pemetaan konsep (concept mapping). Berbeda halnya dengan standar kodifikasi dalam analisis statistik, kodifikasi unit yang terdapat dalam analisis kualitatif dapat dilakukan bersamaan dengan data yang diperoleh. Meskipun umumnya kode diturunkan melalui teori yang digunakan, kini para peneliti telah banyak menggunakan kodifikasi terbuka di mana kode dihasilkan melalui pengamatan serta pengujian seksama atas data. Setidaknya, terdapat dua bentuk kodifikasi dalam Grounded Theory, yakni axial coding dan selective coding. Axial coding merupakan analisis ulang dari hasil penelitian, bertujuan untuk mengidentifikasi konsep penting dan general. Sedang, selective coding dibuat dalam open coding maupun axial coding untuk mengidentifikasi konsep sentral yang terorganisir dalam konsep-konsep lain yang telah teridentifikasi dalam materi tertulis.  

Memoing atau pencatatan/memo terdiri dari beberapa tahapan, yakni menangkap makna kode, kerangka teori, membuat kesimpulan awal dan berbagai pemikiran lainnya yang bakal berguna selama analisis. Berbagai pencatatan berguna dalam menggambarkan dan mendefinisikan konsep, menentukan permasalahan metodologis atau menawarkan formulasi teori. Pada akhirnya, penyatuan seluruh pencatatan bakal menggambarkan keseluruhan proyek yang dilakukan, yakni sebuah narasi yang koheren dan komprehensif, melaluinya dapatlah dilakukan kontekstualisasi teoretis kemudian. Sedang, pemetaan konsep merupakan penyajian berbagai konsep dan hubungan yang terdapat di dalamnya secara grafis, hal tersebut berguna dalam upaya mengkonstruksi suatu formulasi teori.  

Menurut Strauss dan Corbin, setidaknya terdapat tiga bentuk pencatatan, antara lain;
-        Code notes ‘pencatatan kode’: pencatatan terkait berfungsi untuk mengidentifikasi label kode dan maknanya. Hal tersebut dirasa penting mengingat di setiap penelitian sosial kita sering menggunakan istilah-istilah yang bermakna ganda—secara teknis dan prokem (keseharian).
-        Theoretical notes ‘pencatatan teoretis’: pencatatan ini meliputi beberapa variasi topik antara lain refleksi dari dimensi berikut pemaknaan terdalam atas konsep, hubungan antarkonsep, proposisi teori dan lain sebagainya.
-        Operational notes ‘pencatatan operasional’: merupakan pencatatan yang berkaitan erat dengan isu-isu metodologis, beberapa bagiannya akan sangat berguna untuk memahami data nantinya, sedang sebagian yang lain akan mengarahkan (menjaga arah/konsistensi) dari penelitian ke depannya.  

Pada ranah yang berlainan, ditemui pula beberapa program komputer untuk mempermudah analisis data kualitatif, antara lain; The Ethnograph, HyperQual, HyperResearch, HyperSoft, NUD*IST, Qualrus, QUALOG, Textbase Alpha, SONAR dan Atlas.ti. Di antara berbagai program tersebut, kiranya NUD*IST (Nonnumeric Unstructured Data, Index Searching and Theorizing) dengan software layaknya word processors, database programs dan spreadsheets menjadi program yang terpopuler. Program tersebut menawarkan representasi beragam genre (aliran/bentuk/jenis) yang ada secara adil. Pengoperasiannya pun tergolong mudah, hanya saja teks syarat berformat plaintext. Dengan demikian, menilik penggunaan software komputer pada penelitian kualitatif, dapatlah dikatakan bahwa meskipun metode analisis kualitatif dan kuantitatif terkadang menunjukkan ketidaksesuaian bahkan kompetisinya satu sama lain, namun nyatanya banyak penelitian kerap meminta agar ragam keduanya digunakan dalam satu proyek yang sama.


*****



Review Chapter 14: Quantitative Data Analysis
The Practice of Social Research (11th Edition)
By Earl Babbie

Babbie membagi bab terkait ke dalam lima subbab, antara lain; Kuantifikasi Data, Analisis Univariat, Perbandingan Subgrup, Analisis Bivariat serta Pengantar pada Analisis Mutivariat.

Beberapa data penelitian layaknya usia dan pendapatan sudah tentu berbentuk numerik. Umumnya, kuantifikasi[1] meliputi koding (coding) ke dalam kategori-kategori yang mampu memberikan representasi numerik. Di samping mengembangkan sistem peng-kode-annya sendiri, para peneliti diperkenankan pula mengenakan kode yang telah ada, semisal berbagai kategori yang telah diperoleh melalui sensus pemerintah mengenai mata pencaharian penduduk, tentunya sejauh skema peng-kode-an sesuai dengan tujuan penelitian. Perlu diketahui kiranya bahwa codebook (baca: buku panduan kode) berisi tentang; pengidentifikasi tanda yang membedakan dengan variabel, serta kode tertanda sebagaimana tertera dalam atribut variabel.

Analisis univariat adalah analisis terhadap variabel tunggal. Hal tersebut dikarenakan analisis yang tak menyertakan/meliputi dua atau lebih variabel. Oleh karenanya, analisis terkait lebih bertujuan untuk memberikan deskripsi (gambaran) ketimbang penjelasan. Lebih jauh, beberapa teknik di dalamnya mengizinkan para peneliti untuk meringkas berbagai data yang diperoleh agar lebih mudah diatur tanpa menutup kemungkinan beberapa detail data disertakan. Distribusi frekuensi, rata-rata, pengelompokan data dan dispersi pengukuran merupakan ringkasan data yang terdapat dalam analisis variabel tunggal (univariat). Di sisi lain, perbandingan subgrup dapat digunakan untuk menggambarkan persamaan dan perbedaan di antara berbagai subgrup yang berkenaan dengan variabel.

Analisis bivariat lebih berfokus pada analisis antara hubungan variabel ketimbang perbandingan grup. Analisis terkait menelaah lebih jauh hubungan statistik antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable). Oleh karenanya, analisis bivariat lebih berorientasi pada penjelasan ketimbang deskripsi. Hasil analisis bivariat umumnya berupa tabel-tabel relasi kemungkinan antara variabel bebas dengan terikat. Pada ranah yang berlainan, analisis multivariat dapat dikatakan sebagai analisis terhadap beberapa variabel, analisis tersebut juga dapat digunakan sebagai penjelas hubungan antara dua variabel secara lebih terperinci. Melalui berbagai uaraian singkat di atas, kiranya dapat ditegaskan bahwa logika dan teknik yang terdapat dalam penelitian kuantitatif sesungguhnya dapat pula diterapkan pada penelitian kualitatif. Namun demikian, satu hal yang perlu diingat, orientasi awal dari analisis kuantitatif tetaplah berupaya mengkonversi data numerik ke dalam statistik.        


*****


Review Chapter 15: The Elaboration Model
The Practice of Social Research (11th Edition)
By Earl Babbie

Dalam bab ini, Babbie menjelaskan bahwa model elaborasi dalam penelitian sosial merupakan metode yang terdapat dalam analisis multivarian yang juga sekaligus menunjukkan landas-dasar pemikiran analisis sejenis lainnya. Mengutip Paul Lazarsfeld dan Patricia Kendall, Babbie mengatakan bahwa penggunaan logika elaborasi mampu menyajikan tabel hipotesis sebagaimana ditunjukkan penelitian Samuel Stouffer mengenai tingkat pendidikan dan penerimaan atas militer—sejauh mana mereka yang berpendidikan bersedia bergabung dalam dunia militer. Lebih jauh, hubungan parsial dalam analisis multivarian adalah hubungan observasi antara dua variabel bersamaan dengan kasus-kasus subgrup yang didasarkan pada beberapa atribut variabel penguji atau pengontrol. Di sisi lain, hasil observasi berupa hubungan kosong antara dua variabel tanpa melibatkan variabel ketiga faktual menunjukkan hubungan antarvariabel yang berlangsung secara konstan atau terkontrol.

Setidaknya, terdapat beberapa tahapan dasar dalam metode elaborasi, antara lain;
1.      Mengidentifikasi hubungan antara dua variabel yang dihasilkan melalui observasi.
2.      Memperhatikan variabel ketiga (variabel penguji) yang cenderung bersifat konstan di mana kasus yang tengah diteliti dibagi berdasarkan atribut variabel ketiga.
3.      Hubungan asli antara dua variabel dihitung kembali berdasarkan subgrup-nya.
4.      Melakukan perbandingan antara hubungan asli dua variabel dengan setiap subgrup (hubungan parsial) agar memberikan pemahaman yang utuh mengenai keseluruhan hubungan.

Perbedaan logika hubungan antarvariabel ditentukan oleh, apakah variabel penguji mendahului dua variabel sebelumnya ataukah justru mempengaruhi keduanya. Adapun hasil dari analisis elaborasi adalah sebagai berikut; replication ‘replikasi’, explanation ‘penjelasan’, interpretation ‘interpretasi’ dan specification ‘spesifikasi’. Selanjutnya, Babbie mengemukakan pula istilah suppressor variable ‘variael penekan’, yakni variabel yang menyembunyikan hubungan antara dua variabel: variabel pengganggu menyebabkan perubahan yang tampak pada hubungan antara dua variabel lainnya (dari positif ke negatif, atau sebaliknya). Lebih jauh, terdapat pula ex post facto hypothesizing atau pengembangan dari hubungan prediksi hipotesis yang telah diobservasi, merupakan ilmu pengetahuan yang valid mengingat tak memperhitungkan hipotesis merupakan perihal yang tak mungkin.     


*****
   

Review Chapter 17: Reading and Writing Social Research
The Practice of Social Research (11th Edition)
By Earl Babbie

Peneliti sosial dapat mengakses banyak sumber semisal perpustakaan dan internet untuk mengorganisir sudut pandang tertentu atas suatu literatur. Terkait penggunaan internet, perlu diingat bahwa internet merupakan instrumen yang begitu membantu bagi peneliti sosial, namun ianya juga menyimpan resiko tersendiri: tak semua yang kita baca di internet adalah benar. Kerap kali, sumber asli yang dijadikan referensi diambil melalui sumber lain (tak benar-benar membaca sumber pertama). Guna mengevaluasinya, kita pun perlu mengajukan serangkaian pertanyaan sebagai berikut; Siapakah penulis artikel website tersebut? Apakah web tersebut benar-benar menyajikan sudut pandang yang didasarkan pada fakta? Apakah web tersebut memberikan referensi secara akurat dan lengkap? Apakah data yang disajikan relevan (up-to-date)?. Umumnya, berbagai website resmi memberikan data yang terpercaya, meskipun beberapa di antaranya kerap error ketika ditangani subyek (pengelola web). Oleh karenanya, pembaca website syarat melakukan verifikasi (cross check) data apabila memungkinkan, namun kutipan dalam web haruslah sebagaimana bilbiografi referensi lainnya: lengkap, dengan demikian mengizinkan pembaca untuk menelusuri maupun me-review materi yang dikutip.      

Namun demikian, perlu diingat kiranya bahwa membaca literatur akademik berbeda halnya dengan membaca literatur layaknya novel. Dalam “pembacaan” literatur akademik, syarat diawali dengan membaca abstrak dan kesimpulan dengan metode skimming (membaca sepintas/sekilas) agar memahami maksud dari tulisan terkait. Pembaca literatur ilmu sosial harus berpikiran kritis dan menyiapkan sejumlah catatan selama menyelami suatu literatur. Kunci pencatatan atas pembacaan suatu laporan penelitian syarat meliputi orientasi teoritis, disain penelitian, metode pengukuran, sampel (jika ditemui) dan berbagai pertimbangan spesifik lainnya yang diperoleh dalam laporan. Lebih jelasnya, hal tersebut dapat dipetakan sebagai berikut;

1.      Apakah teori yang memayungi studi terkait?
2.      Bagaimana variabel kunci layaknya androgynous, rasial dan segregasi gender dikonseptualisasikan dan dioperasionalkan?
3.      Didasarkan pada data apakah riset terkait?
4.      Apakah terdapat variabel kontrol di dalamnya?
5.      Apakah unit analisisnya?
6.      Apakah tipe analisis yang digunakan?
7.      Apa yang penulis/peneliti temukan?
8.      Apakah kelebihan dan kelemahan studi terkait?

Penulisan riset sosial yang baik dimulai dengan penulisan yang baik, dalam arti, perihal terpenting adalah penulisan yang “meng-komunikasi-kan” bukan yang “mengesankan”. Dengan kata lain, mempertimbangkan maksud dari tulisan penelitian berikut kapasitas pembaca merupakan hal yang harus dilakukan. Menghindari plagiarisme juga menjadi hal yang esensial dalam penulisan, yakni menyajikan pernyataan atau pemikiran orang lain tanpa menyertakan identitas mereka. Lebih jauh, laporan penelitian syarat berisi sejumlah desain studi dan hasil penelitian. Tentunya, analisis di setiap tahapan harus jelas, sedang kesimpulan yang diberikan syarat spesifik tanpa harus terlampau detail. Di sisi lain, untuk menulis laporan yang baik, penulis kudu menyediakan detail catatan, mengintegrasi berbagai bahan pendukung dan menggambarkan kesimpulan yang ekplisit (jelas). Pada akhirnya, penulis dapat mempresentasikannya dalam forum profesional serta mempublikasikannya dalam suatu jurnal ilmiah.       

*****

       
Referensi:
 §  Babbie, Earl. 2007. The Practice of Social Research (11th Edition). USA: Thomson Wadsworth.


*****



[1] Proses “meng-kuantitatif-kan” suatu data.

0 komentar:

Posting Komentar

Facebook Connect

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger