"To revolt today, means to revolt against war" [Albert Camus]

 

Blog ini berisi working paper, publikasi penelitian, resume berikut review eksemplar terkait studi ilmu-ilmu sosial & humaniora, khususnya disiplin sosiologi, yang dilakukan oleh Wahyu Budi Nugroho [S.Sos., M.A]. Menjadi harapan tersendiri kiranya, agar khalayak yang memiliki minat terhadap studi ilmu-ilmu sosial & humaniora dapat memanfaatkan berbagai hasil kajian dalam blog ini dengan baik, bijak, dan bertanggung jawab.


Sabtu, 24 November 2012

Telepon Genggam, Internet, dan Menurunnya Kualitas Komunikasi

Telepon Genggam, Internet, dan Menurunnya Kualitas Komunikasi

Wahyu Budi Nugroho


"1 jam, 3.001 kata = Komunikasi Sampah"
(George Mierson)

            Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam satu dekade terakhir ini tak pelak membuat kita semakin mudah terhubung dengan sesama. Apabila dahulu di awal tahun 2000-an telepon genggam masih menjadi barang langka dan tak sembarang orang memilikinya, kini dapat dipastikan hampir semua orang telah memilikinya. Begitu pula, apabila dahulu di awal tahun 2000-an internet masih sepi pengguna dan hanya mereka yang memiliki akses tertentu saja yang dapat menggunakannya, kini hampir setiap orang di dunia telah menggunakannya dalam aktivitas keseharian.

            Harus diakui memang, serangkaian perkembangan di atas berdampak positif terhadap efisiensi dalam berkomunikasi, namun yang menjadi pertanyaannya, dengan berbagai kemudahan tersebut, apakah kualitas komunikasi turut mengalami peningkatan? Istilah “komunikasi yang berkualitas” sebagaimana dimaksudkan di sini tak berkaitan dengan bagus-tidaknya sinyal yang diterima suatu perangkat komunikasi, atau jelas-tidaknya kualitas suara yang diterima individu kala tengah berkomunikasi dengan individu lain melalui perantara media komunikasi, melainkan lebih pada substansi atau “muatan” yang terdapat dalam komunikasi tersebut.

            Faktual, berbagai kemudahan dalam berkomunikasi dewasa ini, di mana setiap individu dapat terhubung dengan individu lain kapanpun dan dimanapun mereka berada, justru melahirkan fenomena “degradasi komunikasi” sebagaimana diutarakan pakar komunikasi kenamaan asal Inggris, George Mierson. Istilah degradasi komunikasi menunjuk pada komunikasi yang kehilangan makna, atau yang secara eksplisit disebut dengan “komunikasi yang tak berkualitas”. Lebih jauh, Mierson mengatakan bahwa apabila dalam satu jam lebih dari tiga ribu kata keluar dari mulut kita, maka dapat dipastikan bahwa corak komunikasi tersebut adalah “komunikasi sampah”. Bagi Mierson, dalam komunikasi yang demikian pastilah banyak hal-hal yang sesungguhnya tak penting untuk dibicarakan namun terlontar begitu saja dikarenakan kemudahan dalam berkomunikasi.

            Apabila kita menilik kenyataan di lapangan dewasa ini, semakin meningkatnya pengguna telepon genggam di tanah air dibarengi dengan kian ketatnya persaingan antara para provider pulsa untuk menyediakan tarif layanan pesan singkat atau menelpon yang murah, sudah tentu hal tersebut mendorong pada munculnya bentuk-bentuk komunikasi yang kehilangan makna atau tak berkualitas. Umumnya, fenomena terkait menjangkiti para remaja atau mereka yang memiliki banyak waktu luang dalam keseharian. Akibat berbagai kemudahan—termasuk kemurahan—dalam berkomunikasi, kini aktivitas komunikasi pun seolah mengalami pergeseran, sedari kebutuhan menjadi salah satu alternatif hiburan.

            Persoalan serupa tak kalah mendera dunia maya (internet). Dengan hadirnya situs-situs jejaring sosial layaknya facebook, twitter dan lain sejenisnya, kerap kali berbagai status atau tweet yang muncul pada akun merupakan hal-hal yang sesungguhnya sepele atau tak penting-penting amat untuk disampaikan. Tak pelak, kesemua hal tersebut menemui bentuknya sebagai “sampah visual” semata, sesuatu yang sesungguhnya tak layak atau tak penting untuk dilihat atau dibaca. Dan lagi-lagi, kesemua hal tersebut tak lain disebabkan oleh kemudahan dalam berkomunikasi.

    Menilik serangkaian persoalan di atas, seyogyanya kita ajeg menjaga berikut mempertahankan pola-pola komunikasi yang berkualitas, yakni komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan dan tak mengumbar hal-hal yang sesungguhnya tak diperlukan atau tak terlampau penting. Di samping bakal menciptakan komunikasi yang efisien, sudah tentu hal tersebut turut mendukung efisiensi dalam segi finansial. 


Dimuat pula di:
http://log.viva.co.id/news/read/373153-teknologi-menurunkan-kualitas-komunikasi- 


4 komentar:

Semar Bingung mengatakan...

Sungguh artikel yang sangat bermanfaat, Sob. Saya sangat setuju dengan beberapa baris kalimat yang terdapat pada paragraf terakhir, yang menyebutkan agar kita senantiasa mempertahankan pola-pola komunikasi yang berkualitas, yakni komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan dan tak mengumbar hal-hal yang sesungguhnya tak diperlukan atau tak terlampau penting. Tidak lupa saya sampaikan salam kenal, salam berbagi, dan bila berkenan silakan Sobat berkunjung ke blog saya.

Wbn mengatakan...

sama2 bung, sip, segera meluncur :)

Unknown mengatakan...

saya suka,.

Wbn mengatakan...

thanks bung roziqi

Salam Hangat,
Wahyu BN :)

Posting Komentar

Facebook Connect

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger