"To revolt today, means to revolt against war" [Albert Camus]

 

Blog ini berisi working paper, publikasi penelitian, resume berikut review eksemplar terkait studi ilmu-ilmu sosial & humaniora, khususnya disiplin sosiologi, yang dilakukan oleh Wahyu Budi Nugroho [S.Sos., M.A]. Menjadi harapan tersendiri kiranya, agar khalayak yang memiliki minat terhadap studi ilmu-ilmu sosial & humaniora dapat memanfaatkan berbagai hasil kajian dalam blog ini dengan baik, bijak, dan bertanggung jawab.


Sabtu, 22 Februari 2014

Globalisasi

Globalisasi


Oleh: Wahyu Budi Nugroho, S.Sos., M.A.

            Begitu banyak definisi mengenai istilah “globalisasi” yang telah dicetuskan para pakar. Setidaknya, Giddens (2009: 84-85) mendefinisikan globalisasi sebagai, “…intensifikasi relasi sosial sedunia yang menghubungkan berbagai lokalitas saling berjauhan sehingga sejumlah peristiwa sosial dibentuk oleh peristiwa lain yang terjadi bermil-mil jauhnya, dan begitu pula sebaliknya”. Ia memisalkannya dengan kemajuan yang terjadi di kota-kota Singapura berikut keterbelakangan di sebuah kawasan Pittsburgh yang tak lepas dari hubungannya dengan dunia global. Giddens (2002: 32-38) turut memisalkannya pula dengan sebuah kebijakan yang tercetus di salah satu “bilik kecil” Eropa dapat berdampak luas pada berbagai daerah pedalaman Afrika, Amerika Latin atau Asia. Tak pelak, penjelasan Giddens mengenai globalisasi di atas menyiratkan terjadinya proses “pemadatan ruang dan waktu”, dengan kata lain, seolah kedua hal tersebut—ruang dan waktu—tak lagi menjadi relevan di era globalisasi.
            Sardar dan Loon (2001: 162-163) mengidentifikasi tiga momentum utama penyebab lahirnya globalisasi: Pertama, menguatnya gelombang ekonomi liberal akibat kejatuhan komunisme-dunia menyebabkan ketiadaan batas-batas pasar, modal semakin dapat bergerak bebas dari satu negara ke negara lainnya, pun begitu pula halnya dengan berbagai korporasi multinasional; Kedua, penerimaan luas masyarakat dunia—dari Eropa Timur hingga Afrika—akan konsepsi demokrasi liberal dan beragam asosiasi simbolisnya semisal hak asasi manusia, kesetaraan gender, perlindungan lingkungan, dan lain sebagainya; Ketiga, kecenderungan diterimanya tren budaya Barat—terutama budaya pop—yang disuntikkan oleh berbagai agennya seperti Hollywood, MTV, CNN, BBC, dan lain sejenisnya. Serangkaian hal tersebutlah yang kemudian menyebabkan kekuasaan negara kian lemah, batas-batas teritorial, hukum, serta regulasi menjadi demikian sulit untuk ditegakkan.

1 komentar:

Iqbal Ferren ( Iqbal Muhammad Yunazwardi ) mengatakan...

sangat menarik, sudah lama saya menjadikan tulisan anda sebagai bahan bacaan memahami sosiologi. kalau boleh request saya ingin membaca tulisan anda tentang pandangan anda tentang demokrasi kosmopolitan sebagai bentuk globalisasi dalam buku third way giddens. saya mengalami kesusahan memahami relefansi antara ilmu sosiologi dan HI sebagai dasar ilmu saya. terima kasih :D

Posting Komentar

Facebook Connect

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger