"To revolt today, means to revolt against war" [Albert Camus]

 

Blog ini berisi working paper, publikasi penelitian, resume berikut review eksemplar terkait studi ilmu-ilmu sosial & humaniora, khususnya disiplin sosiologi, yang dilakukan oleh Wahyu Budi Nugroho [S.Sos., M.A]. Menjadi harapan tersendiri kiranya, agar khalayak yang memiliki minat terhadap studi ilmu-ilmu sosial & humaniora dapat memanfaatkan berbagai hasil kajian dalam blog ini dengan baik, bijak, dan bertanggung jawab.


Kamis, 07 Agustus 2014

Penulis tanpa Pena

Penulis tanpa Pena

Wahyu Budi Nugroho

Penulis. Tanpa disadari terminus tersebut telah mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Mungkin, di era de Sade dan Defoe, penulis benar-benar mereka yang menulis dengan penanya. Namun tatkala beberapa abad kemudian kita masuki era Sartre, Hemingway, atau Carson; penulis tak lagi menulis dengan pena, melainkan mesin tik. Tentu, kita masih ingat potret apik Hemingway yang tengah mengetik sambil berdiri, potret itu seolah menjadikan mesin tik identitas utama para penulis di eranya, tak lagi pena. Kini, tak lagi pena atau mesin tik, tetapi laptop. Rowling, Brown, dan Meyer dengan piawai memainkan jemarinya di permukaan keyboard, merangkai acak huruf menjadi kata, memintal kata menjadi kalimat yang menyihir, dan seterusnya. Masihkah mereka menjadi, atau…, disebut sebagai seorang penulis?.

Kita luput dari permainan kata yang memiliki dunianya sendiri, hukum-hukumnya sendiri. Nyatanya, tajam nalar manusia silap oleh perdaya bahasa yang bermain sangat halus. Bahasa menjadi lebih politis ketimbang manusia, bahkan dari politik itu sendiri. Senyap tapi pasti, bahasa menjadi satu instrumen yang mampu terus bercokol dan langgeng dari perubahan-perubahan di luar sana. Tak peduli mesin tik telah ditemukan atau laptop telah diciptakan; mereka yang merangkai cerita melaluinya ajeg dikatai penulis, bukan pengetik. Jika mereka benar-benar penulis, kita pun berhak bertanya, “Eh, dimana pena dan kertasmu?”. Sayangnya, mereka tak lagi menjadi seorang penulis, melainkan PENGARANG.

1 komentar:

Perspektif Penengah mengatakan...

krenn..

Posting Komentar

Facebook Connect

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger