Altruis
Ilustrasi: Beny Nurdiansyah |
Oleh: Wahyu Budi Nugroho
“You-Know-Who” pemuda
yang baik. Sebaik-baiknya pemuda di kota ini. Raqib-Atid telah berkongsi mencapnya
Ansor: “Anak Sorga”. Kebaikan
“You-Know-Who” utamanya tercermin lewat kesiap-sediaan membantu siapapun dan dimanapun—24 jam non-Stop!. Terpikirlah diriku,
“You-Know-Who” cocok bekerja di Circle-K, Alfamart, atau Indomaret. Terlebih,
“You-Know-Who” juga sosok yang ramah: “Ting-tong!
… Selamat datang … Ting-tong! … Selamat berbelanja kembali…”
(*&^%$#@!).
Jelang semesteran, “You-Know-Who” rajin menegur kawan-kawan
tuk belajar giat. Pun, dengan
sukarela lagi ikhlas menggelontor catatan kuliahnya yang maha lengkap tuk dibajak
secara otomatis maupun manual—difotokopi ataupun disalin-tulis tangan. Separuh-lebih
kelas menyambutnya dengan suka-cita. Catatan “You-Know-Who” laris manis-tanjoeng kimpoel, dan nilai “You-Know-Who”
tak pernah jadi yang terbaik. IP-nya selalu setengah bagus setengah jelek di
setiap semester, layaknya si Koen. Usut punya usut, catatannya ajeg balik telat. So, “You-Know-Who”
syarat menelaahnya secara instan, persis semalam sebelum ujian dihelat keesokan
paginya. Tak sempatlah semua terendap dalam kotak memorinya yang kecil. Altruis.
Pagi
jelang wawancara beasiswa bagi para pekerja sosial…
“You-Know-Who” mengikuti proses seleksi ini. Maklum,
ke-altruis-an membuatnya become sukarelawan
Merapi, babysitter Yayasan Sayap Ibu,
donor darah PMI golongan A/B, cleaning
service jalanan kota Yogyakarta—juga pesisir Pantai Parangtritis, hingga
penyuluh “helm” Sarkem dan Taman Kota. “Jikalau
lolos, itung-itung ngurangi beban si Mbok…”, bisiknya tulus dalam sanubari.
“Prol!!!
Prooook…!”. “You-Know-Who” disentak
laka-lalin yang tergelar di hadapannya. Pria pengendara motor dan pria lain
yang diboncengnya tercecer di bahu jalan. Mereka korban “senggolan” Honda-Brio
yang segera raib entah kemana. Insting altruis “You-Know-Who” pun menyerua-kuat:
“Tolong mereka! No matter what!!!”. Sejurus
kemudian, “You-Know-Who” meminggirkan Supra KW-nya (Jincheng). Ia yang paling sigap di antara pengendara lain. Luka
terparah dialami pria yang dibonceng—lecet dengkul-tangan. Tanpa pikir panjang,
“You-Know-Who” membawanya ke Panti Rapih. Itu RS (Rumah Sehat) terdekat. Maklum,
petaka senggolan terjadi di Kotabaru, tepatnya di depan Padmanaba, kira-kira
pukul 07.30 WIB—jam sibuk-sibuknya
kota gudeg. Sedang, sebetulnya, pagi itu juga di pukul 08.00, “You-Know-Who” syarat
menghadiri wawancara beasiswa. Petaka senggolan segera menjadi petaka bagi beasiswanya.
Altruis.
Selulus sarjana tanpa beasiswa sepeser pun…
“You-Know-Who” mencari
kerja. Namun, masih saja, ke-altruis-an mendorongnya tuk membagi setiap informasi
lowongan kerja pada kawan-kawan. “Temans,
ini ada lowongan kerja terbaru. Hayo, siapa minat?”, demikian tulisnya-sering
di timeline FB, bahkan untuk lowongan
kerja yang dibidiknya sendiri. Alhasil, dua-tiga kali momen justru teman-teman yang
memperolehnya. Semua tak lain karena jasa tiada-tara “You-Know-Who”.
Berbulan-bulan lamanya, “You-Know-Who” masih juga menjadi
pengacara: “pengangguran banyak acara”. Ia ajeg
menjadi sukarelawan di banyak tempat. Tiba-tiba, tercetuslah dalam pikir-nya
tuk menghubungi teman-teman yang telah mapan. Dengan harapan, “You-Know-Who”
mendapati kemudahan kerja, atau setidaknya, memperoleh informasi mengenainya. Ini
adalah saat ketika ke-altruis-annya mulai terkikis: “mengharap sedikit pamrih”.
Akan tetapi, berbulan-bulan lamanya jua ia menanti, sekedar Koen yang
menghubunginya via SMS, itu pun berbunyi, “Aduh
Bray, jaman sekarang bener-bener sulit masukin temen. You know-lah, nepotisme dah’
nggak jamannya lagi. So sorry ya, Bray!”. “Modal sosial taik kucing!”, teriak “You-Know-Who”. Altruis.
Tatap mata
“You-Know-Who” kosong ke depan. Di sore yang kemuning itu ia sepulang
kerja—kerja sosial. Sekonyong-konyong,
Chevrolet-Aveo dari arah berlawanan menyalip dan hendak melahap jalan tempat Jincheng-nya melaju santai.
“You-Know-Who” kaget setengah modar. Di-gas
dan dibantingnya stang ke arah kiri-menjauhi Aveo jingga. “You-Know-Who” standing dan terbang. Ia
jatuh-terperosok di sesemak pinggir jalan, Jincheng
turut menindihnya. Pergelangan kaki “You-Know-Who” retak. Tak kuasalah ia
berdiri. Sementara, lalu-lalang manusia di jalanan tetap berlanjut. Tak ada
yang berubah, sedikitpun. Masa-masa pulang kerja adalah surga kecil-dunia bagi lelalu-lalang
manusia-manusia ini. Tak seorang pun bisa mengusiknya.
“You-Know-Who” sendirian
saja dengan kepedihannya. Dan memang, jika ia menyadari jauh-jauh hari,
“You-Know-Who” hanyalah seorang diri di dunia ini. Ter-seterum-lah kotak memori “You-Know-Who” dengan ucapan teduh Sri di
tempo yang telah silam: “Kamu jadi orang
jangan terlalu baik. Orang yang terlalu baik, yang selalu ada buat orang lain, pada
akhirnya nggak dihargain, juga cuma dimanfaatin…”. Sri, gadis ayu ini
pernah terenyuh oleh kebaikan “You-Know-Who”. Tetapi sayang, Sri memilih jalur
hidup “lesbiola” akibat cinta kasih-murninya dikecewakan Koen semasa SD.
Masih dengan Jincheng menindih tubuhnya,
“You-Know-Who” menyadari kebodohan akutnya selama ini. Ia seorang dirilah yang
bertanggung jawab terhadap nasibnya: kini, juga di kemudian hari. Seketika,
dirasakannya kemuakan terhadap orang-orang yang selama ini telah dibantunya
sepenuh hati. Mereka seperti muntah-muntahan,
juga semacam jeli lengket yang menjijikkan. Semenjak itu, “You-Know-Who” menerima
kesendiriannya di dunia. Tak pernah lagi didengarnya bualan-bualan Mario Teguh, berganti sabda iblis Machiavelli sebagai
penerangnya. Habis sudah kasih dan sayangnya buat umat manusia.
Raqib-Atid serasa ditipu habis-habisan, mereka kadung
mencatatnya sebagai “Ansor”.
“You-Know-Who”. "He-Who-Must-Not-Be-Named". “Ting-tong!”.
-----
*Altruis: “Individu yang menghapus
cinta terhadap diri sendiri, dan mengalihkan kehidupan yang diabdikan pada
kebaikan bagi orang-orang lain” [Ali Mudhofir, Kamus Istilah FIlsafat, Liberty, Yogyakarta, 1992, h. 8.].
-----
Altruis. Kebodohan yang mulia.
WBN, 08.01.13.
Sponsor; Honda-Brio, Chevrolet-Aveo & Jincheng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar