Perbedaan antara Jenius dengan
Gila[1]
Menilik Kejeniusan dan Kegilaan dalam
Perspektif Sosiologis
Oleh: Wahyu Budi Nugroho
“Struktur sosial kita dibangun
berdasarkan legitimasi…”
(Prof. Dr. Heru Nugroho, Guru
Besar Sosiologi-UGM)
Pernahkah Anda memikirkan perbedaan antara orang jenius dengan orang gila?
Kita sering mengatakan Einstein atau Bill Gates adalah orang-orang jenius, namun
di lain kesempatan, kita kerap pula “mengatai” mereka sebagai orang gila. Entah
gila karena pemikiran, ucapan atau tindakan mereka yang mengguncang dunia, atau
memang karena mereka benar-benar mengidap kegilaan secara medis (baca: gangguan
jiwa). Einstein misalnya, yang secara positif didiagnosis mengidap “skizofrenia”.
Di samping Einstein, terdapat pula sederet tokoh dunia yang “dikukuhkan”
mengidap kegilaan secara medis seperti; Nietzsche, John Nash, Virginia Wolf, Patch
Adams, Ernest Hemingway dan masih banyak lagi.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah kejeniusan menyebabkan
kegilaan, apakah justru kegilaan itulah yang menciptakan kejeniusan, ataukah
mungkin keduanya memang saling terkait erat dan mempengaruhi satu sama lain. Memang,
tak mudah menjawab serangkaian pertanyaan tersebut, terlebih mengingat kesemua permasalahan
di atas tak menjadi objek kajian dalam disiplin sosiologi melainkan psikologi
atau psikiatri.
Terlepas dari perdebatan di atas, agaknya perspektif sosiologis menyepakati
bahwa perbedaan antara orang jenius dengan gila adalah “kesuksesan” semata. Dengan
kata lain, orang jenius adalah mereka yang berhasil dalam kehidupannya, sedang
orang gila tidak. Namun sesungguhnya, baik keduanya sama-sama “gila”, cukup
membingungkan memang. Secara sederhana, mari kita asumsikan bahwa para tokoh
yang diakui karyanya dan tenar adalah “orang-orang gila yang sukses”, sedang
bagi mereka yang belum atau tidak diakui karya-karyanya adalah “orang-orang gila
yang gagal”. Ingat, struktur sosial kita dibangun berdasarkan legitimasi (pengakuan).
Contoh kasus, mengapa hingga sekarang orang-orang masih saja menyebut
Lennon yang dalam lirik lagunya kerap memasukkan kata-kata asing (baca: aneh)
ciptaannya sendiri adalah jenius. Hal tersebut tentu akan berkebalikan 180
derajat apabila Anda menciptakan kata/istilah sendiri dalam lirik lagu buatan
Anda, dan kemudian menawarkannya pada perusahaan rekaman. Dijamin, Anda pasti bakal
dicap gila! Bukan jenius… Mengapa? Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, perihal
yang paling mendasar adalah “pengakuan” (legitimasi). Anda belum diakui dunia,
maka Anda belumlah sukses—Anda
masih menjadi orang gila, belum jenius.
Contoh lain adalah Michael Pollock. Ia adalah seorang pelukis Amerika
beraliran surrealis. Jika Anda melihat karya-karyanya, mungkin Anda akan meragu
dan berpikir sejenak: Apakah karya tersebut benar-benar dibuat oleh seorang jenius
ataukah gila?. Sebagaimana kita ketahui, karya Pollock sekedar berbentuk tetesan
dan goresan kuas cat lukis secara sembarang. Namun demikian, apabila Anda
meniru gaya melukis seniman botak ini dan menggelar pameran tunggal, sudah
pasti Anda akan dikatakan gila oleh para pengunjung—tetesan dan goresan sembarang, apakah Kau
sudah gila?!.
Menilik berbagai uraian singkat di atas, kiranya dapat ditegaskan sekali
lagi bahwa satu-satunya pembeda antara orang jenius dengan orang gila adalah legitimasi
semata. Dan, untuk meraih predikat jenius berikut sukses secara instan, agaknya
dapat dilakukan dengan menjadi “pelopor” atas sesuatu.
*****
[1] Terinspirasi oleh
penjelasan Prof. Dr. Heru Nugroho mengenai perbedaan antara dosen dengan
mahasiswa, yakni “legitimasi”.
13 komentar:
woooowwwww
hal itu tentu tdk berlaku untuk kasus einstein. coba jelaskan dimana sisi kegilaan dr einstein yg dianggap jenius. misalkan ada seorang tdk terkenal yg mungkin gila tetapi dia mampu menjelaskan mengenai teori relativitas (hanya beberapa ilmuwan yg mampu memahami scr mendalam) pasti tetap akan diakui sbg jenius. jd "jenius mutlak adalah jenius" bkn "jenius adalah gila plus legitimasi"
Menurut saya jenius dan gila beda jauh sejauh langit dan bumi. Jenius bekerja berdasarkan logika sehat sedangkan gila bekerja tanpa disadari oleh si gila.
terima kasih yang tak terhingga buat mas-mas dan mbak-mbak yang sudah mengomentari tulisan di atas, tentunya semua argumen bakal memperluas wawasan kita.
salam hangat. :)
Bagi saya jenius dan gila itu tidak ada bedanya, karena keterbatasan manusia atas hal-hal yg dihadapinya maka dicarilah sesuatu untuk menjabarkannya agar bisa diceritakan kepada yang lainnya secara jelas. Sebenarnya otak itu hanya sebuah sungai yang mengalirkan sesuatu dari asalnya, dan semua itu bersumber dari sesuatu yang lebih luas...
saya setuju, pada dasarnya orang jenius akan tersenyum ketika dibilang gila, begitupun orang gila, mau disebut jenius juga senyum. apa yang membedakan? orang jenius tersenyum karena dia mengerti bahwa pemikirannya telah melampaui batas pemikiran orang secara umum, tapi dibuktikan dengan karya..
Jadi mending tidak gila dan bukan jenius ya? :)
Salam kenal semua...
Saya sebagai orang yang mengalami langsung sangat percaya itu. Semakin jenius seseorang, kemungkinan kegilaannya akan semakin parah. Untung saya ga jenius2 amat :)
Saya sangat setuju jika orang gila ada persamaan dan juga perbedaan dengan orang jenius.
Gila adalah jenius. Jenius itu gila. Mempunyai pikiran yg jenius dan kegilaan untuk membuat suatu zat atau benda yg belum ada di dunia. Seumpama aqu mau buat singizt yg bisa buat manusia hidup di planet ihdez gila ata jenius. Jenius adalah yg sudah di akui manusia di dunia. Gila adalah yg belum di akui dunia. Dan sebage orang gila orang waraslah yg gila. Orang waras orang gila lah yg gila. Trus kita bawa apa kah kita mati. Apa kah orang gila yg waras yg dia kemana2 ga pake baju. Atau orang waras yg mencari harta dan di budak uang.
Berbicara tentang jenius dan gila pada prinsipnya sama tapi tujuannya sangat jauh berbeda, contoh orang gila makan nasi sisa di tempat sampah untuk memenuhi kebutuhan perutnya agar tidak lapar dan tidak pernah mereka itu kena penyakit akan tetapi seorang jenius makan nasi sisa di tempat sampah tujuannya beda adakalanya ingin mengetahui seberapa cepat reaksi bakteri akan mempengaruhi kesehatan tubuhnya dan berusaha untuk menemukan obatnya
Hahhaha saya fikir orng jenius tidak makan sampah
Hahaha saya fikir org jenius tidak makan sampah
Posting Komentar