Angkringan sebagai Ruang Publik
Oleh: Wahyu Budi Nugroho
Apabila anda pernah mengunjungi kota Yogyakarta, akan anda dapati
warung-warung makan kecil beratap terpal warna di hampir setiap pinggiran jalan,
itulah warung “angkringan”. Kini, keberadaan warung-warung angkringan di kota
Yogyakarta seolah berpacu dengan masifnya lapak-lapak francise berikut menjamurnya banyak minimarket di hampir setiap jalanan kota. Secara ekonomis,
keberadaan warung angkringan yang menyediakan beragam makanan berikut “jajanan”
dengan harga murah berfungsi sebagai “katup penyelamat” bagi masyarakat
golongan kelas bawah. Bungkusan nasi dengan berbagai lauknya seperti oseng-oseng tempe, ikan teri atau sambal
yang dikenal dengan sebutan sego kuching
‘nasi kucing’ karena porsinya yang pas-pasan sekedar dijual dengan harga Rp
1.000,- dan agaknya dua porsi nasi kucing saja sudah cukup untuk mengisi perut
yang keroncongan, sedang segelas teh hangat atau jeruk hangat dapat diperoleh
dengan harga yang sama pula, Rp 1000,-. Tak pelak, keberadaan warung angkringan
juga dirasa begitu membantu para mahasiswa yang tengah menuntut ilmu di kota
gudeg, terlebih bagi mereka yang memiliki uang saku pas-pasan.
Namun demikian, di samping kesemua alasan ekonomis di atas, faktual
keberadaan warung angkringan dapat pula ditempatkan sebagai “ruang publik”
masyarakat. Ruang publik (public sphere)
sebagaimana diutarakan Jurgen Habermas, filsuf kenamaan Jerman adalah,
“...public
sphere may be conceived above all as the sphere of private people come together
as a public; they soon claimed the public sphere regulated from above against
the public authorities themselves, to engage them in a debate over the general
rules governing relations ...”
(Jurgen Habermas 1989: 27)
[“…ruang publik dapat dipahami sebagai kesatuan
ruang privat di mana orang-orang yang terdapat di dalamnya datang bersama-sama
sebagai publik; melakukan klaim bahwa ruang tersebut syarat diatur berdasarkan
otoritas mereka, untuk turut berpartisipasi dalam debat mengenai berbagai kebijakan
yang dibuat pemerintah…”]
Lebih jauh, Habermas
menjelaskan bahwa ruang publik adalah suatu ruang yang bebas dari penindasan, tekanan,
dominasi-dormant, suatu ruang di mana setiap individu memiliki derajat yang
sama, dan berbagai diskusi yang bermuatan subversif pun (mengkritik/mengecam
pemerintahan) dapat berlangsung di dalamnya. Di sisi lain, ruang publik
berfungsi pula sebagai tempat untuk membudalkan uneg-uneg dan membuang “ampas-ampas kotoran” yang ada dalam pikiran.
Melalui pengertian
ruang publik di atas, kiranya warung angkringan dapat terkategori di dalamnya. Apabila
kita amati, diskusi yang terjadi dalam warung-warung angkringan berlangsung secara
bebas dan terbuka. Bebas dalam arti, setiap orang dapat mengemukakan pendapat berikut
kritiknya terhadap pemerintah tanpa harus merasa takut atau was-was bakal
dicekal. Sedang, terbuka berarti, setiap orang dapat turut berpartisipasi
dalam diskusi atau debat yang tengah berlangsung, entah tukang becak, buruh
bangunan, sopir, mahasiswa/i berikut berbagai lapisan masyarakat dengan beragam
profesinya yang berbeda. Menilik proses sosial yang terjadi di dalam warung
angkringan, tak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa sejatinya suara nurani akar
rumput justru muncul dan menyerua melaluinya. Tentunya, hal ini menjadi pelajaran
yang dapat dipetik para wakil rakyat, apabila mereka hendak mendengar aspirasi
rakyatnya secara langsung tanpa terdistorsi para yesman, mengertilah mereka kemana tempat yang harus dituju: angkringan.
Referensi:
- Habermas, Jurgen. 1989. The Structural Transformation of the Public Sphere. Britain: Polity Press.
*****
12 komentar:
klo menurut gw angkringan tuh mencakup semua kalangan ko gak cuma masyarakat ke bawah..
Kamu Blogger...? Yuk Ikutan Event Untuk Blogger Berhadiah Blakberry Playbook Berakhir 23 Desember 2011
makan di warung angkringan emang manteb bro, dideket rumah gw ada juga tuh warung angkringan dan biasa di jadiin tongkrongan :D
SALAM,
mampir2 yaa hehhe
jujur sya blum prnah ke jogja :D tpi ada kok org jogja yg punya lpak kyak gtu dket rmah :)
jgn lupa mampir ke eMingko Blog
konde: betul bung, hanya saja menjadi spesifik bagi kelas bawah ditilik dari sudut 'katup penyelamat'. salam hangat :)
jimmy: salam juga, segera mampir ;)
askep: segera mampir bung askep :D
warung angkringan sudah meluas hingga ke jakarta
memang dengan angkringan bisa bertukar opini, teringat saat saya berdiskusi dengan bapak - bapak di angkrigan ngebahas bhs jawa adalah bhs yang bnyk kosakatanya hehe
juragan tiket: thanks for the info bung, dan awalnya angkringan berasal dari klaten
bung ziady: saya jg punya pengalaman mas di angkringan, eyel2an sama bapak2 tentang sejarah kolonialisme belanda, hehe
Angkringan nasi Kucing memang tempat paling merakyat.. lokasi tongkrongan paling pas u/ ngobrol ngalor ngidul...
Salam nangkring
www.AngkringanNasikucing78.com
salam nangkring... ngobrol sepuasnya
mampir kesini bentar gan,,,banyak artikel bagus juga soalnya
http://s1s2s3jobs.blogspot.com
wokey bozzz ;)
ruang publik semua kalangan
Posting Komentar