Gelombang Demokratisasi-Dunia
Oleh: Wahyu Budi Nugroho, S.Sos., M.A.
Istilah “demokratisasi” menunjuk pada usaha atau proses
pen-demokrasi-an seluruh sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dengan
demikian, “gelombang demokratisasi-dunia” setidaknya dapat diterjemahkan
sebagai arus berlangsungnya segenap proses di atas pada seluruh masyarakat
dunia. Berakhirnya Perang Dingin yang ber-ekses pada kejatuhan
rezim komunis-Soviet di awal
dekade 1990-an kerap dianggap banyak pihak sebagai pemicu munculnya arus atau
gelombang demokratisasi terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Francis Fukuyama dalam
buah karya monumentalnya, The End of
History and The Last Man, berkata, “…ia
(demokrasi) menaklukkan ideologi-ideologi pesaingnya seperti monarki
turun-temurun, fasisme dan baru-baru ini komunisme”
(Fukuyama, 2004: 1). Begitu pula Samuel P. Huntington dalam The Third Wave yang menegaskan bahwa kejatuhan komunisme dunia
sebagai momentum kelahiran kembali demokrasi secara utuh.[1]
Fukuyama mencatat, bilamana pada dekade 1950-an hingga 1960-an hampir
setengah dari negara di dunia berdiri di atas rezim komunisme yang otoriter,
maka kini mayoritas negara di dunia menggunakan demokrasi sebagai sistem
pemerintahannya, “Saat ini, tak ada
sistem pemerintahan yang dianggap paling baik kecuali demokrasi”, pungkasnya
kurang-lebih. Berikut catatan Fukuyama (2004: 36-37) mengenai rangkaian transisi berbagai rezim
“menuju demokrasi” yang melanda dunia.
Tahun
|
Transisi Demokrasi
|
1980
|
Restorasi
pemerintahan melalui pemilu yang demokratis di Peru setelah dua belas tahun
lamanya berada di bawah kekuasaan militer.
|
1982
|
Perang
Malvinas mempercepat runtuhnya junta militer Argentina berikut melahirkan
pemerintahan Alfonsin yang terpilih secara demokratis.
|
1983
|
Mundurnya
rezim militer di Uruguay.
|
1984
|
Jatuhnya
rezim militer di Brazil.
|
1986
|
Pemerintahan
diktator Marcos-Filipina digulingkan, digantikan oleh Corazon Aquino dengan
dukungan massa yang kuat.
|
1987
|
Jendral
Chun di Korea Selatan meletakkan jabatan dan mengizinkan terpilihnya Roh Tae
Woo sebagai presiden.
|
1988
|
Pasca-Kematian
Chian Ching Kuo, berbagai isu mengenai demokratisasi kian menyerua di Taiwan,
hingga pada akhirnya pemerintahan otoriter Burma mampu dipukul oleh gerakan
pro-Demokrasi.
|
1989
|
Pemerintahan
Komunis Soviet Gorbachev mendeklarasikan glasnost
dan perestorika yang sekaligus
menandai berakhirnya rezim komunis-Soviet sejak berdirinya di tahun 1917.
|
1990
|
Pemerintahan
minoritas kulit putih F. W De Klerk membebaskan Nelson Mandela dan mencabut
politik apartheid.
|
|
Di
Nikaragua, pemerintahan Sandinista berkoalisi dengan Violetta Chamoro dalam
sebuah pemilu yang bebas.
|
|
Kuba
dan Guyana merupakan satu-satunya negara di kawasan Barat Amerika Latin yang
tak mengizinkan tergelarnya pemilu secara bebas dan layak.
|
Tak pelak, berbagai catatan
gelombang demokratisasi-dunia di atas berlangsung bersamaan dengan terjadinya
gelombang radikalisme Islam-dunia. Hal tersebut sebagaimana ungkap Huntington (2006:
187),
“Pada pertengahan 1970-an dan 1980-an, seluruh dunia dilanda
arus gelombang demokratisasi yang melingkupi setiap negeri. Meski sifatnya
terbatas, gelombang ini, bagaimanapun juga, berpengaruh terhadap
masyarakat-masyarakat muslim. Ketika gerakan-gerakan demokratisasi semakin meningkat
dan mulai berkuasa di Eropa, Amerika Latin, sekitar Asia Timur, dan Asia
Tengah, gerakan-gerakan Islam pun semakin menguat di negara-negara Islam.”
Pernyataan Huntington di atas
menunjukkan bahwa faktual gesekan antara gelombang radikalisme-Islam dengan demokratisasi
telah terjadi sedemikian rupa di era 1970-an hingga 1980-an, dan agaknya, gesekan
tersebut kian menguat pascadunia memasuki era globalisasi—akhir dekade 1980-an.
Hal terkait, sebagaimana ungkap Tarmizi Taher (2004: 13) yang meminjam istilah
McLuhan, sebagai konsekuensi logis atas terciptanya global village ‘kampung dunia’ akibat pesatnya perkembangan
teknologi komunikasi dan transportasi.
[1] Samuel P. Huntington mengidentifikasi terjadinya tiga
gelombang demokratisasi dalam sejarah. Gelombang pertama terjadi antara tahun
1828-1926, gelombang kedua pada tahun 1943-1962 dan gelombang ketiga
demokratisasi terjadi sejak tahun 1974. Menurutnya, gelombang demokratisasi
akan selalu datang dan berulang berikut membawa lebih banyak negara menjadi
demokratis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar