"To revolt today, means to revolt against war" [Albert Camus]

 

Blog ini berisi working paper, publikasi penelitian, resume berikut review eksemplar terkait studi ilmu-ilmu sosial & humaniora, khususnya disiplin sosiologi, yang dilakukan oleh Wahyu Budi Nugroho [S.Sos., M.A]. Menjadi harapan tersendiri kiranya, agar khalayak yang memiliki minat terhadap studi ilmu-ilmu sosial & humaniora dapat memanfaatkan berbagai hasil kajian dalam blog ini dengan baik, bijak, dan bertanggung jawab.


Jumat, 30 September 2011

Bus Baru, Budaya Baru, Semoga…

Bus Baru, Budaya Baru, Semoga…

Oleh: Wahyu Budi Nugroho[1]

(Ilustrasi)

Beberapa bulan lalu, ketika intensitas mobilitas saya dari Yogyakarta ke Jawa Timur cukup padat, saya kerap menggunakan bus antarprovinsi jurusan Yogyakarta-Surabaya. Kala itu, bus yang saya gunakan terbagi dalam dua jenis, AC dan non-AC. Sebagaimana banyak orang yang berpikiran efisien, saya selalu memilih bus yang terlebih dahulu hendak berangkat, itulah mengapa terkadang saya menggunakan baik bus AC maupun non-AC. Tempo hari, ketika saya pulang dari Jawa Timur, bus yang saya gunakan tampak baru, tanpa segan saya pun menanyakan perihal terkait pada sang kondektur, dan ia pun menjawab bahwa semua bus antarprovinsi jurusan Yogyakarta-Surabaya sebagian besar telah diganti, sedang sisanya diperbaruhi, kini semua bus dengan jurusan tersebut telah ber-AC serta bertarif “ekonomi”, pungkasnya. Saya pun tersenyum simpul mendengarnya. Bagaimana tidak, ini adalah kabar baik bagi mereka yang “anti” terhadap asap rokok. Dan memang, “stiker” larangan keras untuk merokok di dalam bus pun tertempel di kaca-kaca, saat itu pun saya tak menemui seorang penumpang pun yang tengah merokok seperti biasanya, padahal kondisi bus cukup ramai.

Sebelumnya, ketika bus antarprovinsi jurusan di atas sebagian besar masih tak ber-AC, sering ditemui para penumpang yang tanpa ragu menyulut rokok di dalam bus, tentunya kita begitu miris kala melihat penumpang lain terutama wanita dan ibu-ibu yang ajeg menutup hidung berikut mulutnya dengan tangan atau kain untuk menahan pekatnya kepulan asap rokok yang menjamah wajah mereka. Kini, dengan dioperasikannya seluruh bus ber-AC, pastinya para perokok bakal berpikir ulang untuk menyulut gulungan tembakaunya. Mengapa? Bagi mereka para penumpang yang dahulunya cukup takut atau sungkan untuk menegur para perokok, kini setidaknya mereka dapat menggunakan alasan bus yang “ber-AC” sebagai alasan. Ditambah lagi, interior bus-bus baru tersebut yang tampak mewah dan elegan sehingga kiranya membuat canggung para perokok, “Semua kemewahan ini ‘tak cocok’ dengan kepulan asap rokok”, demikian kira-kira ilustrasi lisannya.

Sebagaimana harapan kita bersama, semoga pengoperasian bus-bus baru ini dapat membawa “budaya baru” pula bagi kita, yakni budaya bus (angkutan umum) yang bebas dari asap rokok. Agaknya, segala cara memang syarat kita tempuh guna menghentikan kebiasaan para perokok yang dengan bebasnya menyebulkan asap rokoknya kesana-kemari, sekalipun dengan membuat mereka merasa canggung. Kedepannya, semoga hal di atas benar-benar menjadi budaya baru bagi kita, bahkan turut terwujud pada berbagai fasilitas umum lainnya. Semoga!        

*****








[1] Pengamat sosial.

4 komentar:

pirly_ae.dot.com mengatakan...

iya gan. apa lagi bus Mira & sumber kencono gan. bus nya bagus2 fasilitas kayak pariwisata aja. mampir ke blog ane ya gan http://pirlyyyy-dot-com.blogspot.com/

Wbn mengatakan...

betul bung, siap meluncur ke TKP ;)

zona-remaja.com mengatakan...

ane gak jarang naik bus gan.,,gak seneng.,.! :D

Wbn mengatakan...

wah sekali2 perlu dirasain tuh bung, life is a beautiful journey, hehe. salam.

Posting Komentar

Facebook Connect

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger