Flash Mob, Ekspresi Kekuatan
Sosial?
Oleh: Wahyu Budi Nugroho
Harus diakui, cukup sulit mendefinisikan apa itu flash mob, hal tersebut mengingat belum ditemuinya definisi tunggal
atau resmi mengenainya. Namun demikian, secara sederhana flash mob dapat diartikan sebagai bentuk aktivitas sosial yang
melibatkan sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu secara
terorganisir dan terencana sebelumnya dalam ruang publik. Macam kegiatan
tersebut dapat berupa aplaus (tepukan tangan) secara serempak, teriakan, melakukan
akting—menirukan gerakan robot
atau zombie misalnya—dan yang
terpopuler, menari bersama.
Adalah Bill Wasik, editor Harper’s Magazine, yang untuk pertama kalinya
mencetuskan flash mob. Pada tahun
2003, ia merencanakan aksi tersebut di sebuah pusat perbelanjaan kota Manhattan,
namun sayang, flash mob perdananya gagal
dikarenakan kebocoran informasi, pihak pusat perbelanjaan pun bergegas
mengantisipasi rencana Wasik segera setelah mengetahuinya.
Lebih jauh, flash
mob tidaklah berorientasi pada aksi politik, protes atau pertunjukan
jalanan komersial, para pelaku flash mob
melakukannya dengan cuma-cuma—tanpa bayaran. Pengorganisiran mereka pun dilakukan
melalui media jejaring sosial dunia maya layaknya facebook, e-mail berantai
berikut komunitas blog. Secara ekplisit, hal tersebut menunjukkan betapa flash mob menjadi salah satu bentuk
ekspresi kekuatan sosial. Di Barat misalkan, di mana individualisme menjadi
ciri paling kentara masyarakatnya, komunitas flash mob seakan menjadi angin segar. Para “flash mobber” berhasil membuktikan
bahwa sekalipun masyarakat mereka telah sedemikian individualistik, faktual
kekuatan sosial masih terdapat di dalamnya.
Namun demikian, satu hal yang kiranya patut disayangkan dari perkembangan
flash mob dewasa ini adalah pergeserannya
pada sebentuk aktivitas sosial yang berbau komersial. Kini, para flash mobber tak lagi melakukan aksinya
dengan sukarela, melainkan dibayar guna memasarkan beragam produk konsumtif,
baik secara langsung di berbagai ruang publik masyarakat maupun dalam
iklan-iklan layar kaca sebagaimana kerap kita saksikan akhir-akhir ini. Tegas dan
jelasnya, kini flash mob telah ter-monetisasi
(diperjualbelikan) sedemikian rupa. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, masihkah
flash mob menjadi salah satu bentuk
ekspresi kekuatan sosial?.
*****
6 komentar:
kalau di Indonesia flash mob itu contohnya apa mas???
oya, mampir lupa ke blog saya dong.. maklum newbie nih...
http://margarethacyntia.blogspot.com
banyak tuh di ajang show2 kendaraan, ato jadi sarana iklan di minuman/makanan suplemen. segera menuju TKP, mbak ;)
flash mob masih sangat efektif untuk di gunakan sebagai gerakan sosial yang bertujuan pada perubahan sosial! efek kejutnya mampu mempengaruhi publik untuk ikut bergerak karewna model aksinya yang mampu menarik simpati. walaupun ada juga yang menggunakannya sebagai media ikaln sebuah produk dll.
mampir bung dhysaussure.blogspot.com
Beberapa Flash Mob bagus dapat dilihat di Youtube. Sudah lihat Flash Mob "The Sound of Music" di Antwerp Central Station, Belgia; atau Flash Mob "Tribute to Michael Jackson"? Keduanya menarik untuk dinikmati!
terima kasih untuk infonya, dan mohon info kembali karena saya akan meneliti flash mob yg menjadi stategi marketing merek dewasa ini dalam skripsi saya :)
secara kasat mata FlashMob itu sejenis SHOCKING DANCE yang diterapkan di keramaian. Nah, simpelnya...tujuan dari FlashMob itu sendiri selain untuk menghibur juga untuk MEMBINGUNGKAN orang-orang di sekitar mereka..
mampir yah --> bebeggoyeng.blogspot.com
Posting Komentar